Menteri Sosial Tri Rismaharini sepertinya ga peduli dengan kejengahan Pemprov ketika dirinya melakukan blusukan ke seantero ibukota. Buat Risma bukan lagi saatnya memperdebatkan soal sepele, yang lebih penting adalah memanusiakan manusia, beda dengan pejabat yang tidak harus dipejabatkan, melainkan menjadi pelayan rakyat.
Gaya kepemimpinan yang lain, sebagaimana terlihat dari tampilan luar, Gubernur Anies Baswedan tak pernah terlihat segesit Risma, mungkin karena gaya priyayi yang disandangnya tidak memungkinkan dia mampu mengekspresikan sebagai Gubernur, dia lebih terlihat sebagai raja, atau minimal Presiden.
Alih-alih melakukan blusukan seperti Risma, Anies justru lebih sering terlihat beradu peran dengan pelakon sinetron dalam sekuel penjual nasi warteg atau sejenisnya. Lalu apa yang didapat dari bermain seperti itu? Barangkali dia berharap warganya terpesona, karena terlihat Gubernurnya benar-benar turun ke lapangan, meskipun di balik layar sebenarnya dia hanya sejenak saja berada di lapangan, yakni ketika memainkan peran tadi itu.
Dari fakta yang ditemui Mensos, bahkan kedua pejabat DKI seperti tak segera meyakininya, mereka seperti tak habis pikir, kok masih ada tunawisma di kawan yang seharusnya steril. Meskipun mereka mengakui masih ada kelompok manusia seperti itu di beberapa kawasan, namun untuk kawasan Thamrin, mereka benar-benar speechlees.
Apa Gubernur dan Wagub merasa kecolongan? Oh tidak sama sekali. Justru mereka pakarnya dalam bermain kata, dengan menyebut seumur-umur baru tahu ada tunawisma di kawasan elit, Riza Patria secara otomatis mengeliminasi rasa bersalahnya, karena menurutnya temuan Mensos itu seperti mengada-ada, berhenti di situ maka masalah dianggap selesai.
Lalu bagaimana pula urusannya ketika Anies menghendaki Kadinsos DKI mengecek sosok tunawisma tersebut? Maksudnya mau diajak kerjasama, misalnya mengelak dari pemberitaan mereka bersama dengan Mensos? Dari gelagatnya sih, Anies seperti berusaha menampik fakta, bahwa ada kawasan yang seharusnya steril, ternyata luput dari pemantauan pihaknya. Celakanya justru dipergoki oleh seorang Mensos, yang seharusnya dia hanya duduk di belakang meja, dan menerima laporan dari Kepala Daerah seperti dirinya.
Tapi Anies jangan berharap banyak, sosok Risma adalah pribadi yang jauh berbeda, apa lagi dia tahu betul kualitas Pejabat di ibukota, dan dia yakin pasti banyak hal yang bisa terungkap ketika dirinya melakukan blusukan. Benar saja, orang terlantar yang seharusnya berada di bawah kelola pemerintah, karena demikianlah UUD mengamanatkan, dijumpai di sejumlah kawasan terlarang.
Sebenarnya bukan sebatas itu tamparan yang diberikan Risma, karena ketika di Surabaya beberapa kali anggota DPRD Jakarta melakukan studi banding ke wilayahnya, tentu mereka memberikan beberapa catatan terkait kondisi di ibukota. Tampaknya Risma kali ini ingin memastikan bahwa cerita dari legislator Jakarta itu benar adanya.
untuk urusan apapun selalu ada jawaban versi unik dari pasangan pejabat ibukota. Kembali ke permintaan agar sosok tunawisma itu diselidiki oleh Dinsos, bukankah urusannya sudah terlanjur jadi bubur? Untuk apa memperpanjang drama, jika yang bersangkutan sudah diurus oleh Kemensos? Justru yang lebih penting saat ini, adalah memperbaiki pola kerja jajaran Pemprov, agar tidak terulang kejadian seorang Menteri mengambil alih tugas Pemprov yang lalai mengelola orang terlantar
Discussion about this post