Tipe emak-emak abis, sering bermavuver tak terduga. Itulah Tri Rismaharini, mantan walikota Surabaya yang baru ditunjuk sebagai Menteri Sosial. Bu Risma membuat publik melirik berkat aksi blusukan di wilayah DKI Jakarta.
Tapi ibaratnya, apa yang dilakukan Bu Risma masih wajar. Masih dalam koridor “sein kanan belok kanan”. Tidak memgacaukan peraturan, hingga para lawan sulit untuk mendebatnya.
Sepintas, blusukan agaknya terlalu biasa untuk Bu Risma yang sekarang berlevel seorang menteri. Bukan lagi seorang kepala daerah atau kepala negara.
Seorang menteri yang merupakan pembantu presiden, secara umum ya harus “melayani” presidennya. Membantu tugas-tugas presiden tanpa visi dan misinya sendiri.
Nah ketika Bu Risma blusukan yang identik dengan apa yang kerap dilakukannya sewaktu menjadi walikota, wajar bila banyak yang terkaget-kaget. Menganggap Bu Risma tidak sadar posisi, hingga menuduhnya hanya cari sensasi demi pencitraan. Apalagi ketika dikaitkan dengan pos kementerian yang dipimpinnya, yang diketahui banyak kasus kemalingan.
Ketidakjelasan bidang sosial yang terjadi di DKI Jakarta, menjadi bagian Bu Risma untuk mengungkapnya. Bu Risma mempunyai tugas mengupas ketidakbecusan yang terjadi di bidang sosial di DKI Jakarta. Terlebih bidang sosial adalah bidang yang sangat sulit untuk dibereskan. Bidang yang begitu kompleks permasalahannya. Dan bidang yang sangat bersifat emosional bagi masyarakat.
Sebagai kota megapolitan, sudah pasti masalah sosial menjadi problem utama dari kota Jakarta. Tapi coba perhatikan saat Anies Baswedan memegang kendali, perhatian Anies terasa sangat kurang untuk masalah ini. Anies lebih sibuk dengan urusan balap Formula E, sibuk pidato kesana-kemari, dan sibuk urusan lain yang tidak lebih dekat dengan masyarakat.
Anies alpa di bidang kebersihan kali, normalisasi, perawatan ruang bersosialisasi masyarakatnya, tunawisma serta pemulung, pengaturan pedagang di Tanah Abang, dan persoalan sosial lainnya.
Bu Risma hadir di situ. Sontak Anies tersentak. Gelagapan hingga salah tingkah. Begitupun para pendukung, dayang-dayang, dan para buzzer.
Tuduhan model jaman kemarin keluar, ditujukan semua ke Bu Risma. Pemcitraan, setingan, tidak tahu tugas, dan tuduhan lain. Anies cs bersuara keras. Ember kemana-mana.
Namun seperti biasa, suara keras itu ibarat knalpot blombongan. Nyaring bikin pekak telinga, tapi tidak ada artinya. Bleyer-bleyer doang.
Sebagai knalpot, ternyata bukan hanya satu. Ada Rocky Gerung, Fadli Zon, Said Didu, dan lainnya. Kesemuanya ramai-ramai memuntahkan dukungannya kepada Anies dengan cara merendahkan apa yang dilakukan Bu Risma.
Bu Risma tertawa saja. Ngakak ter-wkwk. Ter-ckckk. Apalagi kelakuan buzzer-nya. Gobloknya sadis!
Sibuk mencari tahu siapa si gelandangan yang ditemui Bu Risma. Sibuk mengarang cerita bahwa apa yang dilakukan Bu Risma adalah setingan. Sibuk menyebar foto orang yang dianggap sebagai si tuna wisma yang ternyata cuma cumi, cuma mirip.
Lagi lagi, Bu Risma tertawa saja. Ngakak ter-wkwk. Ter-ckckk.
Tapi dasar pendukung dan buzzer yang kebanyakan gaul dengan Dus Nur, apa yang mereka lakukan justru memang seperti yang diharapkan oleh pihak Bu Risma. Segala apa yang mereka mereka bicarakan, justu malah semakin membuat nama Bu Risma berkibar.
Bu Risma menjadi semakin populer. Nama Bu Risma semakin kuat. Sementara Anies cs, semakin deg deg plas penuh kekhawatiran.
Kita tunggu salah tingkah apa lagi yang akan dilakukan Anies Baswedan cs? Kita nantikan apakah Anies akan merubah cara kerjanya? Juga kita simak apa yang akan Bu Risma lakukan lagi di hari-hari berikutnya?
Discussion about this post