Tingkah kekanakan SBY dan Demokrat terus berlanjut hingga kini. Pasca viral ancaman pelaporan pada pegiat media sosial, Denny Siregar soal sindiran pengerahan anak cucu terkait lockdown, kini guru besar yang jadi sasaran. Padahal secara kasat mata, tak akan ada asap kalau tak ada api. Di tengah kondisi masyarakat yang sudah dipusingkan soal pandemi, bukannya menenangkan, ucapan-ucapan kubu mereka malah membuat panas.
Setelah seruan lockdown tak digubris Jokowi, kini mereka mulai menyerang pemberian vaksin. Padahal seharusnya kalau konsisten bersimpati pada pandemi, Demokrat juga harus menjadi pendukung vaksin.
Tentunya pemerintah tidak bodoh hanya mengandalkan vaksin tanpa mengimbangi aturan protokol kesehatan. Bertambahnya hutang juga untuk menggenjot pemulihan ekonomi, stimulus dan melanjutkan proyek-proyek yang tertunda.
Lebih baik berhutang banyak, tapi nyata hasilnya ketimbang banyak hutang, tapi hanya mewariskan bangunan mangkrak.
SBY memberikan catatan tentang awal tahun 2021 dan rencana vaksinasi yang bakal segera dilaksanakan. Salah satu tulisannya menyindir sikap Jokowi yang optimis pada program vaksinasi.
“Jangan pula bersikap “take for granted”, seolah peluang baik itu akan datang dengan sendirinya. Misalnya, jangan lantaran vaksin sudah datang pasti pandemi akan segera hilang. Setelah itu ekonomi kita akan pulih kembali dan bahkan tumbuh meroket. Jangan bersikap dan berpikir begitu. Tuhan tidak suka,” jelasnya.
Menanggapi cuitan SBY, salah satu guru besar Universitas Sumatera Utara menaggapi dengan kritikan pedas. Tentunya sebagai negarawan sejati, kalau berani mengkritik juga harus siap menerima kritikan balik.
Seperti dilansir detik.com, akun Twitter @ProfYLH mengunggah cuitan soal SBY dan AHY. Dalam keterangan di profil Twitter @ProfYLH tertulis ‘Professor at Faculty of Agriculture, University of sumatera Utara (USU), Medan, North Sumatera, INDONESIA’. Yusuf, dalam cuitannya, menyebut SBY bodoh terkait persoalan vaksinasi COVID-19. Dia juga menyinggung SBY sok suci.
“Yth. @SBYudhoyono, memang kau bodoh sekali, karena Pemerintah @jokowi sudah berulangkali ingatkan tak hanya vaksin lalu semua beres, tapi tetap dilakukan 3 M. Kau sok suci bawa-bawa nama Tuhan seperti FPI yang kau besarkan&dibubarkan @jokowi, jadi terbukti kau memang munafik sekali,” tulis akun @ProfYLH.
Akun tersebut juga mengunggah cuitan yang menyebut AHY bodoh terkait jatuhnya sebuah pesawat. Dia menyebut AHY bodoh serta meminta AHY belajar mengenai sejarah jatuhnya pesawat.
“Yth Ketua Umum @PDemokrat, @AgusYudhoyono, @ProfYLH terpaksa harus buktikan memang kau BODOH sekali,karena sepanjang sejarah jatuhnya pesawat di Indonesia, tak pernah ada “GOVERNMENT ERROR” penyebabnya, tapi “7 FAKTOR”(https://indonesiabaik.id/infografis/7-faktor-penyebab-jatuhnya-pesawat…) Maaf kau bodoh turunan, belajar lagi AHY!,” tulisnya.
Lantaran sakit hati salah satu kadernya lantas langsung melaporkan sang guru besar. Entah ini murni pelaporan pribadi atau ada suruhan dari cikeas. Yang jelas kalau SBY benar-benar baik pada rakyatnya, ia akan meminta kadernya untuk mencabut laporan. Seperti halnya Jokowi yang memaafkan pembencinya dan menolak adanya undang-undang yang mengatur penghinaan pada kepala negara. Inilah bedanya presiden sejati dan eks presiden penghasil album.
Seperti diberitakan detik.com, Guru Besar USU, Prof Yusuf Leonard Henuk, dilaporkan terkait cuitannya di akun Twitter @ProfYLH yang menyebut Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono bodoh. Prof Yusuf dilaporkan ke Polda Sumut.
“Tadi sore saya laporkan akun Twitter atas nama Profesor Yusuf L Henuk, terus akun Facebook atas nama Profesor Yusuf L Henuk atas unggahan dia yang menyatakan pertama SBY itu bodoh, AHY itu bodoh, terus semua kader dan militan SBY itu bodoh dan penjilat,” kata pelapor, Subanto, saat dihubungi, Rabu (13/1/2021).
Sebaiknya kader-kader Demokrat tak usah banyak tingkah kalau tak mau suara partainya semakin nyungsep. Mereka harus mengaca kenapa banyak masyarakat yang tak menyukai SBY. Bukan semata-mata karena pendukung Jokowi dan sebagainya, tapi karena sudah terlalu muak melihat tingkah pola mereka. Bukannya memotivasi dengan kata-kata bijak, tapi terus menerus menyemburkan kata-kata pesimisme dan memanas-manasi situasi.
Inilah makanya 10 tahun era kepemimpinanya banyak proyek mangkrak dan jalan di tempat. Warisan utang 2700 triliun, tapi hasilnya wisma hantu hambalang dan proyek pembangkit listrik yang mangkrak. Andai saja hidup SBY tak dipenuhi pesimisme dan rasa ketakutan, pasti sudah sejak dahulu negara ini jadi Indonesia maju. Malah warisannya banyak menumbuhkan paham radikal yang tak terkendali. Akhirnya benar kata Teddy Gusnaidi, kalau SBY tak jadi presiden, Indonesia tak akan sesulit ini dan Jokowi tak akan bekerja sangat keras seperti sekarang.
Discussion about this post