Selalu mencari celah sekecil apapun, Fadli Zon terus menyambar momentum penunjukan Kapolri berikutnya yang kebetulan menjabat Kabareskrim. Dia pun mengangkat masalah penembakan 6 laskar FPI beberapa waktu lalu sebagai isu kontroversial.
Seoalah mengingatkan, Fadli pun melanjutkan komentarnya setelah menyampaikan selamat kepada calon Kapolri, “PR penting adlh penegakan hukum tindak lanjut hasil Komnas HAM thd 6 anggota FPI yg wafat akibat pelanggaran HAM,”
Mungkin bisa kita anggap peringatan Fadli Zon ini sebagai permintaan agar Lystio Sigit Prabowo bersikap objektif pada temuan Komnas HAM, namun setidaknya publik pun bisa mengkritisi komentar sang legislator. Dalam hal tindakan tegas dan terukur yang dilakukan petugas lapangan, tentu memiliki alasan kuat kenapa hal itu mereka lakukan dengan segala konsekwensinya.
Kita ingat bahwa tugas mereka pada saat itu bukan untuk menangkap, melainkan dalam rangka pengintaian. Adapun insiden penembakan, terjadi semata-mata dalam rangka membela diri. Ada catatan penting bagi para pengritik seperti Fadli Zon, siapakah di antara kedua pihak yang berniat melakukan serangan? Jawabannya pasti kita yakin, para anggota Laskar lah yang lebih terkesan ingin melakukan penyerangan.
Komnas HAM pun menyatakan, seharusnya pengawal Rizieq bisa menghindari petugas, jika mereka menginginkannya. Namun yang terjadi justru mereka menantangnya dengan cara menunggu di sekitar KM 50 jalan tol Japek dan bahkan memepet mobil petugas sehingga kasus itu terjadi.
Lalu apakah Fadli Zon tidak secara cermat menganalisis semua rentetan kejadian tadi? Kita yakin, sebenarnya Fadli cukup paham, bahwa kronologisnya kurang menguntungkan bagi anggota laskar dan FPI, namun karena ada celah baginya guna mengambil keuntungan dari kasus ini, maka diangkatlah peringatan itu kepada calon Kapolri baru.
Keuntungan dimaksud barangkali tidak banyak yang melihat, karena hanya mata politik seperti yang dimiliki Fadli Zon saja yang mampu memanfaatkannya. Setidaknya dia punya hutang kepada para pengikut RS dan FPI, sekaligus sebagai tabungan suara seandainya ada kesempatan dia maju dalam kontestasi politik.
Fadli Zon terus menerus mengangkat isu-isu kontroversial adalah dalam rangka memelihara namanya tetap berada di permukaan, dan lebih penting lagi, di mata pengikut FPI dia ingin terlihat sebagai pembela sejati. Jangan lupa, sebagai legislator dia punya kekuatan tersendiri untuk terus mengangkat isu FPI sebagai salah satu kekuatan, seandainya dia ingin memanfaatkan suara mereka.
Tampaknya Fadli Zon memilih isu ini dengan segala konsekwensinya, artinya dia harus bersiap-siap tenggelam, sebagaimana dia pun siap bertahan di gedung Senayan di masa pengabdian berikutnya. Publik juga perlu memisahkan kepentingan Fadli Zon dibanding Gerindra, kenapa? Tampaknya di samping ada persamaan visi dirinya dengan partai tempatnya bernaung, juga ada perbedaan cukup tajam tentang sikapnya terkait kasus RS dan FPI.
Tidak terlalu mengherankan jika Fadli Zon dengan segala kontroversinya, terus-terusan menyinyiri pemerintah, meskipun di alam bawah sadarnya dia pasti punya sisi lain terhadap banyak kebijakan Presiden, namun karena merasa ada massa yang dibuang sayang tadi, Fadli Zon harus menampilkan dirinya sebagai representasi ormas yang disebutnya terdzolimi. Hanya sebatas itu barangkali yang membuat Fadli Zon tetap bertahan menyuarakan haknya sebagai legislator.
Discussion about this post