Sudah makin sangat jelas bahwa Anies memang tidak bisa kerja. Karena itulah urusan covid dia lempar ke pusat. Lantas anggaran yang sudah digunakannya itu amblas begitu saja tanpa ada efek perbaikannya? Enak aja ya.
Begitulah kalau cuma bisa bermain keberpihakan. Kerumunan FPI dibiarkan begitu saja, sementara rakyat jelata diuber-uber. Peti mati dan pocong sudah dikerahkan untuk menakut-nakuti warga, dan hasilnya tetap Gabener.
Mending Anies lempar handuk saja. Menyerah dan mengakui dirinya tidak bisa kerja. Termasuk wakil gubernurnya yang sekarang diam-diam bae aja. Berikan kepada orang yang bisa kerja dan bisa membenahi Jakarta dengan sangat baik dan rapi.
Duh, jadi teringat bagaimana Ahok dulu yang ingin membangun rumah sakit, sehingga jelas manfaatnya buat warga, tapi di tangan Anies, yang dibangun adalah kata-kata ngeles dari waktu ke waktu.
Bagi Ahok, jangankan membangun rumah sakit, jembatan layang saja Ahok bisa bangun dengan cepat tanpa membebani anggaran daerah. Jadi jauh beda dengan Anies, sudah dibantu 72 orang TGUPP-nya tetap tak ada perubahan bagi Jakarta. Malah urusan covid diserahkan ke pusat.
Anies cuma bisa buat lukisan warna-warni di genteng. Anies lebih cocok jadi seniman warna-warni saja. Bikin lukisan warna-warni simbol elgebete ajalah. Soalnya, selama masa jabatannya, prestasi apa yang ditorehkan? Kabarnya dia dapat penghargaan? Jangan-jangan itu penghargaan yang belum sempat diberikan dulu kepada Ahok. Karena Ahok lengser, Anies jadi Gabener, akhirnya penghargaan itu dititipkan lewat Anies. Hehehe.
Intinya, memang Anies sudah layak dicukupkan saja memimpin Jakarta alias diturunkan atau dipecat oleh warga. Karena kata-kata Anies yang selama ini jadi senjatanya, rupanya tak lagi bisa dikerahkan untuk mengakali kerja-kerja dalam membenahi covid, akhirnya lepas tangan.
Pantas saja kalau naik sepeda jago sekali lepas tangan ya. Rupanya ingin lepas tangan juga dari tanggungjawab. Wkwkwk…
Dan sodara, rupanya dia didukung oleh orangnya Gerindra, partai pengusung waktu pilkada DKI 2017, partai yang pernah berkolaborasi dengan partai sapi dengan jualan ayat dan mayatnya, terus dibuzz oleh Rizieq FPI yang kini sudah kualat.
Wakil ketua DPR RI Sufmi Dasco, dari partai Gerindra ini rupanya mendukung Anies lepas tangan. Benar-benar ya, bagaimana bisa mewakili rakyat kalau mendukung orang yang suka lepas tangan atau lepas dari tanggungjawabnya?
Kata Sufmi begini : “Pandemi ini kan tanggung jawab kita bersama dan kemudian lonjakan-lonjakan ini diluar prediksi kita dan juga apa yang terjadi ini belum pernah terjadi di Indonesia. Oleh karena itu kita juga monitor bahwa rumah sakit rumah sakit di Jakarta ini kemudian bukan hanya diisi oleh penduduk Jakarta. Tapi kemudian ada daerah-daerah di luar Jakarta,”
Wooeeeyyyy…, tanggungjawab bersama? Pinter aja kau ngomong. Lantas kalau tanggungjawab bersama, ente enak-enakan lepas tangan gitu? Sudah menghabiskan anggaran begitu banyak untuk menangani covid, lalu kini lepas tangan. Helloowwwww…
Kalau ini memang tanggungjawab bersama, maka benahilah Jakarta dengan sebaik-baiknya, jangan hanya buang-buang anggaran. Bayar comitmen fee 560 M tapi ngak ada hasilnya, itu kan buang-buang duit saja. Bikin patung senggama terus dibongkar, coba apa manfaatnya? Cat warna-warni genteng lalu dibilang prestasi? Adeh… apakah kalau genteng sudah dicat warna-warni lantas covid langsung hilang karena silauw men?
Duh parah parah… emang kagak bisa kerja nih orang. Emang ada orang di luar Jakarta yang datang ke Jakarta, tapi bukan berarti orang Jakarta tak datang ke daerah lain. Alasan seperti itu tak bisa diterima. Itu namanya main kata-kata saja. Alasan untuk pembenaran diri agar bisa segera lepas tangan tanpa diminta tanggungjawab.
Duh warga Jakarta, kasihan nasibmu kini. Tahun 2022 memang sudah tidak lama lagi. Tapi apakah kalian masih bisa bertahan dalam waktu setahun ini? Waktu agar wajah Gabener ngak nongol lagi di Balaikota? Ngak nongol lagi memberi sambutan-sambutan?
Aksi lepas tangan eh tanggungjawab Anies ini adalah cara-cara politik licik kan? Ketika pusat mengambil alih kerjaan Anies, maka Anies sendiri punya waktu banyak untuk menyusun siasat atau strategi dalam agenda-agenda Anies dan koleganya di masa akan datang.
Sementara di pusat akan sangat sibuk dengan berbagai tugas-tugas yang sangat banyak, pasti menguras tenaga dan pikiran. Sedangkan Anies bisa saja ongkang-ongkang kaki di atas meja sambil mengamati pusat bekerja di balik layar? Agar mendapatkan celah untuk dinyinyirin?
Dengan menyerahkan pusat alias lepas tangan, Anies terbukti tak memiliki emphati. Iya, ia tak melihat bagaimana pusat punya pekerjaan yang sangat banyak. Bencana dan musibah di berbagai daerah tentu saja butuh uluran tangan yang cepat dari pusat. Masa Anies tega lepas tangan di saat negeri ini ditimpa bencana yang bertubi-tubi? Sungguh terlalu!.
Lengserkan saja, orang yang sudah ngak punya malu, wajahnya akan tetap tersenyum meski dilengserkan.
Discussion about this post