Fenomena buzzer politik di media sosial kembali naik daun. Setelah serangkaian peristiwa yang menghebohkan publik terjadi, para buzzer beramai-ramai menyerang dan menaikkan tagar tertentu untuk menjatuhkan pemerintah. Tak terkeceuali dari buzzer partai Demokrat. Mereka menyebarkan narasi-narasi yang bersebrangan dengan masyarakat. Media sosial pun menjadi riuh dan keruh. Oleh karenanya, kita mesti waspada buzzer Demokrat.
Kabar teranyar menyebutkan, buzzer Demokrat menggugat Presiden Joko Widodo 10 miliar terkait penanganan Covid-19 di Indonesia. Buzzer dengan nama akun @EnggalPM dan @EnggalPMT menuduh Jokowi melakukan kelalaian fatal dalam penanganan Covid-19. Dalam akunya pun, berisi tentang cuitan berisi kebencian dan ucapan kasar kepada Presiden Jokowi. Diketahui, berdasarkan foto-foto yang beredar, pemilik akun tersebut merupakan tim sukses dari pasangan AHY-Silvi pada pilkada DKI 2017 lalu.
Tak hanya akun @EnggalPM yang menjadi buzzer Demokrat, Sekertaris Departemen IV DPP partai Demokrat, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Bintang Muda Indnesia (BMI) DKI Jakarta, Hasbil Mustaqim Lubis, S.T dengan akun Twitter @Bil_lubis (MudaAdalahkekuatan), kedapatan memainkan tagar #TikusBansos untuk menyerang PDIP, untuk menaikkan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Belakangan, twiitnya tersebut telah dihapus karena mendapat banyak komentar cibiran dari para netizen.
Tugas buzzer adalah untuk mempromosikan produk atau kandidat yang berprestasi. Lalu apa jadinya, bila yang dipromosikan minim prestasi? Atau bahkan tidak ada prestasi sama sekali? Dengan kenyataan itu, amat disayangkan bila buzzer Demokrat kemudian lantas menyerang dengan fitnah, hoaks, dan cara-cara fabrikasi pihak lain untuk menaikkan pihaknya yang tidak berprestasi tersebut. Jika memang toh belum memiliki prestasi, alangkah lebih baik para buzzer Demokrat ini menyebarkan konten-konten yang baik, yang membangun bukan merusak, yang mempersatukan bukan memecah belah, agar citra Demokrat sendiri menjadi baik di masyarakat.
Buzzer-buzzer yang diturunkan Demokrat untuk menyerang, mempropaganda antar rakyat dan pemerintah, jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi kita semua. Komunikasi antar rakyat dan pemerintah pun akan terhambat. Di negara yang sangat bebas mengkonsumsi media sosial, perang opini dan kekacauan takkan terhindarkan. Ditambah rendahnya literasi masyarakat terhadap media digital di Indonesia, maka buzzer semakin leluasa menciptakan keresahan di masyarakat.
Menyaksikan kenyataan para buzzer Demokrat mulai menebar fitnah dan hoaks, kita mesti hati-hati betul dan pandai memilah informasi-informasi yang datang dari Demokrat.
Discussion about this post