Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, menginstruksikan fraksi partainya di Dewan Perwakilan Rakyat untuk tidak melanjutkan revisi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Selain tidak melanjutkan revisi UU Pemilu, Paloh juga menginstruksikan jajarannya untuk mendukung Pilkada Serentak 2024.
Paloh beralasan, Indonesia tengah berjuang menghadapi pandemi Covid-19 dan memulihkan ekonomi. Sehingga, kata dia, partai-partai pendukung pemerintah perlu tetap solid untuk mendukung upaya pemulihan ini.
“Cita-cita dan tugas NasDem adalah sama dengan Presiden, yakni untuk kemajuan dan masa depan bangsa yang lebih baik,” kata Surya Paloh dalam keterangan tertulis.
Nah lho… bagaimana dengan nasib Anies Baswedan jika Surya Paloh kini berbalik arah?
Beberapa bulan lalu, Anies sempat bertemu dengan Surya Paloh dan melakukan konpers. Salah satu poin penting yang cukup mengagetkan dunia persilatan adalah, soal dukungan terhadap Anies sebagai kandidat Capres 2024.
Ada yang bilang Surya Paloh sedang sakit hati karena porsi menterinya berkurang setelah Prabowo masuk. Ada juga yang berpikir bahwa itu adalah strategi Nasdem untuk menaikkan posisi tawar partainya.
Strategi biasa yang dulu juga dilakukan Nasdem dengan lebih dulu mendukung Jokowi maju sebagai Presiden saat partai lain belum menentukan sikap. Nasdem bahkan mendahului PDIP, sebagai partai tempat Jokowi bernaung.
Setelah pertemuan itu, Anies tak terlalu banyak muncul di media. Tak terlalu banyak bekerja. Karena Anies tahu bahwa kekuatan terbesarnya adalah tata kata. Merangkai kata dan kalimat seindah mungkin, demi meyakinkan masyarakat bahwa dialah orang yang tepat dan baik.
Seperti pujangga atau mantanmu yang tiap hari bikin puisi, tapi tak pernah tahu kapan akan mengajakmu untuk dikenalkan pada keluarganya, apalagi segera menikahimu.
Anies menghindar dari banyak pertanyaan dan isu. Berusaha melenyapkan namanya sendiri dari pembicaraan dan isu. Karena dengan begitu, namanya akan tetap terlihat baik dan tidak ada masalah.
Maka jangan heran kalau Anies melakukan isolasi mandiri jauh lebih lama, dua kali lipat dari manusia pada umumnya. Lumayan, alasan positifnya mampu membuat Anies libur panjang tanpa pertanyaan.
Balum puas Anies bertapa, bu Risma malah jadi Menteri Sosial dan nongol melakukan blusukan ke kolong-kolong jembatan, memaksa publik sadar betapa masalah di Jakarta ini sangatlah banyak dan pelik.
Aksi kader PDIP itu memaksa Anies keluar dari kandang isolasi dan endadak sembuh dan harus ikut blusukan agar panggung politik tidak dikuasai oleh pendatang baru bernama Risma.
Belum selesai dengan Risma, Nasdem yang sempat memberikan angin segar dengan Anies, kini malah mundur dan menolak revisi UU Pemilu. Mendukung Pilkada serentak 2024. Mimpi Anies menjadi RI 1 langsung terbangun karena ngompol.
Bagi Anies, Pilkada 2022 adalah keharusan. Agar namanya tetap dibicarakan, agar dirinya tetap punya panggung politik nasional. Kalau tidak ada Pilkada, maka dia tidak akan menjabat lagi sebagai Gubernur. Masa baktinya selesai 2022 dan akan diganti oleh Plt yang ditunjuk Mendagri.
Dan Surya Paloh pun tersenyum lebar….
Discussion about this post