Sejumlah politikus Partai Demokrat menduga sikap Pemerintah yang menolak revisi Undang-undang Pemilihan Umum (Pemilu) terkait dengan rencana mengusung Gibran di Pilgub DKI 2024.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hendrawan Supratikno mengatakan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka masih membutuhkan waktu untuk menorehkan prestasi di Solo, Jawa Tengah.
Hal itu Hendrawan sampaikan merespons kecurigaan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Irwan bahwa penundaan RUU Pemilu karena Jokowi tengah menyiapkan Gibran sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024.
“Jadi prioritas utamanya pasti bagaimana menorehkan kinerja yang bisa dibanggakan, kinerja yang sesuai harapan rakyat,” kata Hendrawan, Kamis (11/2).
Sebelumnya, Irwan Demokrat mempertanyakan langkah pemerintah yang mengubah sikap dari mendukung menjadi menolak pembahasan RUU Pemilu. Ia mencurigai langkah tersebut diambil karena Jokowi ingin menyiapkan Gibran untuk maju sebagai cagub DKI pada Pilkada 2024.
“Mungkinkah keputusan ini dilatari oleh kemungkinan Presiden Jokowi mempersiapkan keberangkatan Gibran dari Solo ke Jakarta? Karena dirasa terlalu cepat jika Gibran berangkat ke Jakarta tahun 2022,” tuduh Irwan, Kamis (11/2).
Irwan berpendapat, sikap tidak konsisten pemerintah dan DPR terkait RUU Pemilu telah menimbulkan banyak pertanyaan di tengah masyarakat. Pasalnya, pemerintah dan seluruh parpol di DPR tak menolak keberadaan RUU Pemilu saat dimasukkan ke dalam daftar Prolegnas Prioritas 2020.
Atas pernyataana politikus Demokrat itu, Hendrawan menyebut mengaitkan penolakan Jokowi terhadap wacana penyelenggaraan pilkada serentak pada 2022 dan 2023 dengan langkah menyiapkan Gibran untuk menjadi cagub DKI di 2024 sebuah prasangka buruk atau suatu bangunan kausalitas yang rapuh.
Hendrawan menegaskan, menduga atau menerka seperti yang dilakukan Irwan bukan hal yang mengejutkan karena sudah menjadi menu politik harian. Menurutnya, dugaan atau terkaan itu pun tak menutup kemungkinan terjadi karena politik adalah seni yang yang serba mungkin.
“Dalam politik, duga-menduga, terka-menerka, hampir jadi menu politik harian. Jadi tidak mengejutkan. Apalagi politik adalah seni dan kajian hal-hal yang serba mungkin,” ujarnya.
Saya senang ketika mas Gibran dalam menyikapi masalah ini dengan santai mengatakan bahwa, dia ingin fokus di Solo dan enggan memikirkan soal 2024 soal pemilihan kepala daerah serentak.
Terkait RUU Pemilu, Hendrawan mengatakan pembahasan RUU tersebut yang tidak dilanjutkan merupakan keinginan partai politik agar DPR tak menghabiskan energi melakukan tawar-menawar.
“Ada keinginan kuat untuk ‘berhenti’ pada standar yang baku, muara kesetimbangan dan harmoni kepentingan,” katanya.
Discussion about this post