Banjir besar yang menggenangi kota Jakarta hari ini tak lepas dari kedzaliman Anies sejak 2017 silam. Dengan mengedepankan ego pribadi, ia menolak program kerja para pendahulunya. Aturan normalisasi sungai dibuang diganti natural alias dibiarkan secara alami. Dana penanggulangan banjir dari 850 M disunat menjadi 350 M. Selebihnya justru dibayarkan untuk fee Formula E yang tak ada hubungannya dengan kemaslahatan rakyat Jakarta.
Kini tak hanya Jakarta 58 yang masih waras yang harus menanggung ulah Anies. Semua warga yang tak ikut memilihnya juga kena imbas banjir tak berkesudahan. Hanya ada 2 fraksi di DPRD yang masih bersuara, yakni PDIP dan PSI. selebihnya seperti Nasdem, Golkar, Gerindra, PKS dll seperti hilang ditelan bumi. KPK dan BPK selalu mandul jika berhadapan dengan lord Anies. Tapi OTT KPK justru bisa menyasar daerah pedalaman. Harapan terkakhir adalah Kemendagri, agar tak hanya mengkoreksi mata uang saja, tapi juga mata anggaran seperti yang disampaikan Rudi S Kamri.
Jangan berharap banyak pendukung Anies akan berubah haluan, terutama yang mungkin kecipratan proyek media sosial. Bukannya prihatin dengan nasib saudara sendiri, mereka justru membabi buta membela Anies. Ironisnya lagi-lagi agama dibuat tameng untuk menutup bobrok Anies. Seperti yang diutarakan akun Hilmi Firdausi di twitternya.
Maasya Allah…pesan tauhid disampaikan dgn bahasa yg santun oleh seorang pemimpin yg humble. Baarakallahu fiikum Pak @aniesbaswedan dan seluruh jajaran. ❤️🇮🇩” cuit @Hilmi28 sambil mencantumkan berita dari detik.
Anies menerangkan, saat ini roda perekonomian dan kegiatan pemerintahan telah berjalan normal kembali. Anies mengklaim hal itu karena upaya dari seluruh jajarannya yang mampu mengendalikan dampak dari curah hujan ekstrem beberapa hari lalu.
“Jadi alhamdulillah hari Senin pagi, seluruh kegiatan perekonomian, kegiatan pemerintahan, bisa berlangsung tanpa ada gangguan sedikit pun akibat curah hujan ekstrem pada hari Sabtu yang lalu,” kata Anies.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih pada seluruh jajaran yang bekerja ekstra keras untuk memastikan bahwa semua dampak dari curah hujan ekstrem tersebut bisa dikendalikan,” imbuhnya.
Lain klaim Anies, lain pula fakta di lapangan. Nyatanya hingga hari ini semua pemberitaan masih fokus dnegan banjir di Jakarta. Bahkan daerah yang tak pernah kebanjiran kini ikut merasakan dampaknya. Banyak foto mobil-mobil baru hanyut terbawa arus banjir. Hingga eks Gubernur Sutiyoso ikut bernag dnegan menyebu5 banjir era Anies adalah yang terparah. Ditambah lagi pernyataan anggota fraksi PDIP yang membongkar kebodohan Anies.
Seperti diberitakan detik.com, ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono menanggapi klaim Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut banjir di Jakartakering dalam kurun 1 hari. Gembong menyebut Anies hanya dengar laporan dari anak buah.
“Ya mungkin Pak Anies hanya mendengarkan laporan dari anak-buahnya,” kata Gembong, kepada wartawan, Minggu (21/2/2021).
Gembong menyebut Pemprov DKI gagal melakukan pencegahan antisipasi banjir tahun ini. Sebab, kata dia, banjir kali ini sampai menimbulkan korban jiwa.
Akhirnya kita ingat kembali beberapa ucapan Ahok saat dirinya diserang isu penistaan agama dulu. Bahwa jangan sampai ambisi menjadi gubernur menjadikan rakyat sebagai korban. Tak cukup beberapa jenazah tak dimandikan dan tak disholati. Kini dengan pendukungnya sendiripun ikut didzalimi setelah menjabat. Benar kata Ahok, Anies bukanlah pemimpin santun. Justru pemotongan anggaran banjir yang entah ke mana rimbanya membuatnya cocok dijuluki pemimpin bangsat.
Semoga kepemimpinan Anies menjadi pelajaran bagi kita semua. Bahwa menjual agama untuk berpolitik adalah perbuatan terkutuk. Tak hanya merendahkan Tuhan Yang Maha Esa, kedzoliman pada alam dan manusia hingga menjadi bencana adalah akibat dari kesantunan fana. Tak hanya manusia yang bisa menipu, bahkan setanpun bisa menyerupai orang alim dengan tujuan menyesatkan manusia. Rupanya ilmu agama pendukung Anies tak kalah dangkal dengan junjungannya. Tapi, kita percaya, Tuhan Mmmbiten sare. Dan suatu saat mereka akan menemui karmanya.
Discussion about this post