Ahmad Riza Patria menegaskan bahwa Anies Baswedan tidak pernah menggunakan buzzer di media sosial. Dia menilai bahwa Anies popular di masyarakat karena kebijakannya yang pro rakyat.
“Pak Anies sejauh yang saya tahu tidak menggunakan buzzer. Dia apa adanya aja ya, populer karena kebijakannya yang pro rakyat, dikenal karena keputusannya, kebijakannya membela rakyat,” katanya.
Riza mengatakan, sebenarnya buzzer itu istilah yang kurang tepat. Lebih cocok kalau menyebut pendukung. Siapa pun, kubu mana pun pasti punya pendukung fanatik.
Seperti halnya Pak Jokowi, banyak yang mendukung dan beberapa bahkan fanatik. Ia menjelaskan bahwa dirinya juga termasuk pendukung Jokowi.
Riza sangat setuju jika Anies tidak butuh buzzer dan tidak gunakan buzzer. Toh pendukung sudah ada, katanya.
Mantab kan jawabannya. Coba ingat-ingat lagi siapa-siapa saja yang selama ingin sangat membela Anies? Partai sebelah berbasis agama. Kelompok sebelah yang menjual agama. Intinya banyak yang membela Anies.
Apapun kritikan yang dialamatkan kepada Anies, pasti akan dibalas balik oleh mereka. Sehancur dan sekacau apapun kebijakan Anies, pasti akan dianggap sebagai sebuah prestasi yang luar biasa.
Biarlah masyarakat yang menilai mana yang lebih logis dan mana yang kelihatan bodoh. Pertanyaannya adalah kenapa kita yang dituding sebagai buzzer? Apa bedanya kita dengan mereka?
Anies yang terkenal karena kebijakannya yang pro dan membela rakyat.,,???
Agak pusing memahami ini. Terkenal karena kebijakan pro rakyat, agak sulit dicerna. Anies lebih terkenal karena kepintarannya membuat sensasi melalui pengolahan kata-kata dan tak banyak kerja.
Justru di sinilah dia jadi populer, kekonyolannya membuat dia jadi perbincangan di mana-mana. Kerja tidak banyak, membuat banyak orang greget dan kesal sehingga membicarakannya dari mulut ke mulut.
Belum lagi hak yang lumayan istimewa disorot media karena ini di DKI Jakarta. Ini adalah cara mendongkrak popularitas melalui sensasi konyol. Biar dibicarakan di mana-mana. Anies tak peduli jika ia dianggap tolol dan bodoh sekalipun.
Gubernur mana yang bisa bikin sensasi lewat olahan kata-kata?, memelintir kalimat biar enak didengar, dan ngeles dengan cara yang tidak masuk akal?, disaat yang lain pakai kata-kata umum, Anies memakai kata yang antimainstream.
Di saat kita ingin penjelasan yang simpel, dia malah menjelaskan dengan rumit dan muter-muter. Pro rakyat seperti apa yang dimaksud?, apakah pro rakyat dengan tidak menggusur warga bantaran sungai Ciliwung? meskipun itu harus dilakukan demi kepentingan bersama?
Pro rakyat?, apakah maksudnya adalah membangun rumah tanpa DP atau DP 0%(yang katanya) murah agar bisa dijangkau masyarakat menengah ke bawah?, yang nyatanya tidak berhasil dan banyak yang tidak lulus persyaratan?
Discussion about this post