Partai Demokrat terlihat semakin hari semakin autis bahkan idiot. Mereka yang bikin isu kudeta sendiri, mereka yang ribut sendiri, mereka yang bertanya pada Jokowi, mereka pula yang menjawab. Bahasa Sundanya LIEUR.
Masyarakat pun sebenarnya tidak terlalu peduli masalah SBY (Pepo) dan keluarga beserta kegagalan partainya. Tidak ada yang peduli juga dengan kudeta di partai Demokrat, selain dari orang-orang Demokrat dan buzzernya sendiri.
Isu kudeta partai Demokrat juga tidak berpengaruh apa-apa terhadap dunia politik di tanah air. Elektabilitas Agus tidak naik, popularitas mandeg, Si Pepo juga masih dikenal dengan raja prihatin serta raja curhat, dan tentunya candi Hambalang masih merupakan bangun legend yang ada di Indonesia. Semuanya tidak ada yang berubah.
Mungkin karena hal tersebut, Pepo sampai turun tangan dan kembali mengeluarkan kata-kata yang berpotensi menjadi legend seperti kata prihatin. Berikut ucapan Pepo:
“Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli Partai Demokrat, saya katakan dengan tegas dan jelas, Partai Demokrat not for sale, partai kami bukan untuk diperjualbelikan,” kata Pepo dengan berkaca-kaca dalam video yang dirilis pada Rabu (24/2/2021).
Orang luar yang dimaksud jelas Moeldoko. Sebenarnya Moeldoko juga tidak terlalu peduli dan dia lebih sibuk bekerja dan rencana menikahkan anaknya. Tapi karena namanya terus disebut akhirnya Moeldoko angkat bicara.
Moeldoko akhirnya membantah tudingan tersebut. Ia mengaku tak punya hak untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat karena bukan bagian dari internal partai.
Jawaban Moeldoko itu jelas benar. Karena untuk mengadakan konferensi luar biasa partai harus ada persetujuan dewan kehormatan partai Demokrat. Sedangkan ketua dewan kehormatan Demokrat adalah Pepo sendiri, jadi bagaimana mau kudeta tapi harus izin dulu kepada ayah yang mau dikudeta? Masa Pepo kudeta anak sendiri? kan lucu.
Untuk diketahui bahwa Pepo menduduki 3 Jabatan di Demokrat. Sebagai ketua dewan pembina, ketua dewan kehormatan dan ketua majelis tinggi partai Demokrat. Sedangkan Agus adalah ketua Demokrat. Jadi bagaimana mau kudeta kalau semua jabatan penting sudah dipegang oleh Cikeas? Kenapa Pepo jadi idiot?
Jadi ucapan “not for sale” yang keluar dari mulut Pepo sebenarnya hanya menegaskan bahwa Demokrat itu adalah partai keluarga. Selain menegaskan, ucapan tersebut juga membuktikan bahwa isu kudeta partai Demokrat adalah isu yang dibuat-buat karena hampir mustahil terjadi.
Sebenarnya ya tidak masalah dengan ucapan tersebut, tapi sedikit membingungkan, lantas siapa yang mau beli? Akhirnya lagi dan lagi, upaya partai Demokrat untuk eksis dalam perpolitikan tanah air dengan cara drama dan play victim hanya menjadi bahan guyonan dari seluruh pecinta politik tanah air. Kali ini guyonan datang dari Ruhut Sitompul yang dulunya sempat membesarkan partai Demokrat.
“Jadi sekali lagi, orang-orang sekarang yang disebut-sebut itu karena mereka diajak, ya, bukan mereka mau beli. Mereka tidak ada yang mau beli. Tapi kader-kader yang sakit hati mungkin mereka patungan. Kan mereka dulu orang-orang lumayan itu. Jadi nggak ada orang-orang luar yang membiayai itu, nggak ada,” ucapnya.
Yang terjadi di partai Demokrat sebenarnya adalah masalah internal. Cuma karena caper alias cari perhatian, Pepo dan para buzzer Demokrat memaksa publik untuk mengikuti apa yang terjadi di partai Demokrat, yang sebenarnya tidak penting-penting amat buat Publik.
Pepo turun gunung karena ini menyangkut nama baik anak emasnya yang dianggap tidak becus ngurus partai. Untuk soal keluarga, Pepo memang tegas, tapi untuk urusan negara, Pepo cuma bisa prihatin dan curhat.
Discussion about this post