Setelah berhasil menjalani banyak drama, dari diam membisu tak mau menjawab pertanyaan majelis hakim lalu shalat dan ngaji di tengah sidang, akhirnya Rizieq diijinkan untuk sidang secara offline.
Kita cukup paham alasan majelis hakim mengabulkan rengekan Rizieq. Karena susah juga kalau Rizieq bertingkah diam membisu, acuh dan tak mau merespon pertanyaan majelis hakim. Daripada menghadapi sidang yang tidak normal, lebih baik kabulkan saja permintaannya.
Cuma di sisi lain juga lucu. Bagaimana mungkin untuk kasus pelanggaran protokol kesehatan, akan digelar dengan sidang yang terancam terjadi lagi pelanggaran prokes juga.
Selain itu, kita juga perlu memahami bahwa Rizieq ini bukan orang biasa. Dalam arti, di belakang dia, ada banyak nama pejabat dan petinggi negeri. Rizieq memang hanya dimanfaatkan, seperti boneka yang bisa digerak-gerakkan dan dimainkan. Atas nama agama, dan semua isu bisa dimainkan.
Kalau mau lihat betapa kuat backup oknum pejabat atau aparat di belakang Rizieq, lihatlah bagaimana baliho dan banner Rizieq terpampang di hampir seluruh penjuru negeri. Dari mana dananya? Bagaimana koordinasinya?
Omong kosong kalau itu adalah dana orang FPI. Percayalah, orang FPI itu tak sekaya itu. Mereka masih berharap nasi bungkus dan bayaran untuk demo. Kalaupun uangnya dari kantong mereka sendiri, apa iya bisa bebas pasang banner atau baliho di banyak titik dan aman?
Seperti dijaga betul agar tidak rusak atau diturunkan oleh Satpol PP. Padahal kalau kita pasang baliho suka-suka atau ilegal, ga bayar, pasti cepat rusak. Seperti Caleg atau bendera partai, kan umurnya hanya hitungan hari.
Maka jangan heran kalau sampai TNI yang turun tangan membersihkan banner baliho muka Rizieq. Sambil unjuk kekuatan, divideokan dan disebarkan. Itu bukan sekedar laporan pada atasan atau masyarakat, tapi sebuah pesan jelas bahwa TNI selalu siap melindungi negeri ini dari perusak dan provokator di balik Rizieq.
Maka sekarang kalau melihat Rizieq akhirnya diijinkan sidang offline, kita mesti curiga apakah ada negosiasi kekuatan oknum pejabat dan aparat di belakang ini?
Selain itu, kasus yang menimpa Rizieq, pelanggaran protokol kesehatan tak akan mampu menjeratnya dalam waktu lama. Karena Rizieq harus segera keluar dari tahanan sebelum kampanye 2024. Karena sang dalang butuh dukungannya untuk memainkan kampanye SARA lagi.
Jika tanpa backup oknum pejabat atau aparat, Rizieq pasti sudah dihukum berkali-kali hingga akhir usianya. Karena saking banyaknya kasus yang dilakukan. Saking banyaknya kesalahan dan provokasi fitnah yang dilancarkan.
Tapi bagaimanapun itu hanya analisa dari beberapa fakta yang sudah terjadi. Saya harap kita semua sadar dan paham bahwa Rizieq bukanlah orang yang bisa disidang dengan adil.
Juga bukan orang yang mudah untuk dihukum atas kasus-kasusnya, karena ada pelindung kuat di belakangnya, dia adalah Politisi yang memanfaatkan Rizieq untuk mendulang suara dan citra.
Ke depan, ketika sidang offline dilaksanakan, mungkin akan ada tekanan massa. Mungkin juga akan muncul atraksi-atraksi baru dari Rizieq. Setelah diam dan pura-pura ngaji, nantinya mungkin akan lebih frontal memberikan jawaban karena sudah bisa disaksikan oleh pendukungnya.
Tapi apapun itu, karena sudah diputuskan, kita semua harus bersiap. Seperti pengamanan sidang sampai penyebaran isu hoax terkait Rizieq. Pemerintah mestinya belajar dari kasus penyebaran hoax hakim menerima suap.
Memang pelakunya sudah ditangkap. Tapi masalahnya, video hoax tersebut sudah terlanjur menyebar. Seperti api yang terlanjur memakan bangunan hingga jadi abu. Kalaupun dipadamkan, ya sudah jadi abu. Video tersebut sudah terlanjur diyakini oleh banyak orang pengikut Rizieq.
Pertanyaannya, apa langkah dan peran Menkominfo dalam rangka mengamankan isu ini? jangan-jangan di kementerian tersebut masih banyak tersisa kader-kader partai sapi. Yang menggunakan sumber daya dan infrastruktur yang ada justru untuk menyebar luaskan propaganda Rizieq.
Sebagai rakyat biasa saya berharap kasus ini bisa segera selesai. Semoga tak perlu ada lagi anggaran pengamanan untuk demo berjilid-jilid. Karena kita sedang mengalami masalah ekonomi, dan eman saja kalau uang negara harus habis untuk hal-hal yang tidak ada gunanya seperti demo.
Discussion about this post