Seperti yang diketahui, kasus kebohongan hasil test Rizieq bermula saat Dirut RS UMMI Bogor Andi Tatat dilaporkan ke polisi karena dinilai menghalang-halangi Satgas Covid-19 yang ingin melakukan test swab ke Rizieq.
Andi Tatat kemudian dilaporkan Satgas Covid-19 Kota Bogor dengan laporan bernomor LP/650/XI/2020/JBR/POLRESTA BOGOR KOTA tertanggal 28 November 2020. Rizieq mengklaim bahwa dirinya dalam kondisi sehat dan akan segera pulang.
Rizieq juga mengatakan bahwa dia dirawat di RS Ummi karena kelelahan, bukan karena terinfeksi Covid-19. Berdasarkan ucapan Rizieq itulah jaksa menyatakan bahwa Rizieq telah menyebarkan berita bohong. Padahal berdasarkan hasil swab antigen, Rizieq dan Syarifah Fadlun (istrinya) dinyatakan positif Covid-19 pada 23 November 2020.
Sejak persidangan perdana yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur (PN Jaktim) pada Selasa (16/3/2021) lalu, Rizieq selalu menolak hadir karena sidang itu dilaksanakan secara virtual. Mantan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) itu bahkan walk out pada persidangan perdana.
Rizieq kemudian dipaksakan hadir ke ruang sidang di Rutan Bareskrim Polri oleh JPU yang dibantu pihak kepolisian pada persidangan kedua, Jumat (19/3/2021), setelah bersikeras tidak mau hadir di sidang virtual.
Setelah dihadirkan secara paksa, Rizieq meluapkan amarahnya ke majelis hakim. “Saya dipaksa, didorong, dihinakan! Ini hak asasi saya sebagai manusia,” seru Rizieq kepada majelis hakim.
Akhirnya Majelis Hakim PN Jaktim telah mengabulkan permintaan Habib Rizieq agar bisa hadir fisik di ruang sidang. Dengan demikian sidang agenda pembacaan eksepsi dari Habib Rizieq ditunda untuk digelar pada Jumat (26/3/2021) mendatang.
Nggak kaget, pertama dia pasti sebisa mungkin akan bikin kehebohan, tujuannya biar namanya disebut-sebut terus. Misalkan pun sejak awal sidang Rizieq ini dilakukan secara offline pun, pasti ada saja aksi yang dia dan pendukungnya lakukan.
Apa bentuknya? Ya nggak tahu, tapi yakin ada. Minimal pendukungnya pasti lebih heboh mengepung gedung pengadilan. Nggak tahu gimana caranya, nggak peduli Rizieq benar atau salah pokok ya dibela saja mati-matian.
Kalau ditertibkan aparat, maka pendukungnya ini akan playing victims. Terutama kaum wanita dan anak-anak yang biasanya diajak oleh orangtuanya. Padahal ya tugasnya aparat untuk menertibkan.
Rizieq itu cuma buying time saja. mengulur-ngulur waktu, berusaha menunjukkan “Ini lho aku masih punya massa, ini lho aku masih punya power, ini lo aku rebel melawan pemerintah, ini lho aku didzolimi rezim”.
Buat apa? Tujuan utamanya jelas bukan ke masyarakat awam, tapi ke politisi-politisi yang mungkin suatu hari akan sangat membutuhkan dirinya untuk menciptakan kehebohan terutama di panggung politik.
Masyarakat awam itu sejatinya cuma tujuan kedua, supaya yang lugu-lugu masih menganggapnya penting banget dan membahasnya.
Betul kalau ada ahli saya lupa apa yang sempat saya baca opininya kemarin di salah satu media online bahwa Rizieq ini sedang berusaha memainkan psikologis massa. Orang masih harus melihatnya sebagai sosok yang tidak bisa disepelekan.
Rizieq ini saya kira sudah kelamaan jumawa. Kelamaan merasa penting. Makanya dia akhirnya justru kesandung kasus yang sebenarnya remeh tapi fatal.
Fatal karena dia memang menutupi hasil tesnya padahal kita sedang dalam kondisi wabah yang skalanya nasional bahkan internasional. Padahal kurang apa usaha kabur bertahun-tahun lari ke Saudi karena kasus dugaan skandalnya dengan Firza itu.
Sebenarnya itu pun kasus remeh juga, tapi fatal sekali karena orang jadi menertawakan moralitasnya seiring image imam besar yang disandang.
Kita lihat saja besok lusa di tanggal 26 kira-kira drama apalagi yang akan disuguhkan Rizieq dan pendukungnya. Tidak mungkin rasanya dia bakal nggak aneh-aneh meskipun permintaan sidang offlinenya sudah dipenuhi. Belum lagi juru soraknya alias politisi dan tokoh-tokoh yang masih berusaha menunggangi nama dan kasusnya demi kepentingan politik dan publikasi mereka.
Discussion about this post