Setelah terjadinya aksi pemboman bunuh diri di Makassar, penangkapan terduga teroris semakin digencarkan. Dan akhirnya Tim Densus 88 Polri berhasil menangkap empat terduga teroris di Condet, Jakarta Timur; dan Serang Baru, Bekasi.
Dari penangkapan tersebut, ditemukan lima bom yang masih aktif di lokasi penangkapan. Bom tersebut dirakit dalam bentuk kaleng dengan sumbu yang terbuat dari TATP (triacetone triperoxide) yang merupakan senyawa kimia yang mudah meledak dan tergolong sebagai high explosive dan sangat sensitif.
Bukan hanya itu, ada penemuan lainnya yang cukup mengejutkan, salah satunya adalah baju bertuliskan FPI dan buku berjudul ‘FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar’ yang ikut dipajang dalam deretan barang bukti. Selain itu, ada baju bertulisan ‘Laskar Pembela Islam (LPI)’.
Ada juga satu kartu anggota FPI yang menjadi barang bukti, dengan identitas pemilik kartu anggota bernama yakni Husein Hasny. Dalam kartu keanggotaan tersebut, tertera posisinya sebagai Wakil Ketua Bidang Jihad. Dia berperan sebagai donator perakitan bom. Selain menjadi donator, dia juga menjadi insiator terkait kegiatan para terduga teroris untuk melancarkan aksi teror bom.
“Dia yang merencanakan mengatur taktis dan teknis bersama ZA. Hadir dalam beberapa pertemuan untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan amaliah ini. Membiayai dan mengirimkan video tentang teknis pembuatan kepada tiga tersangka lainnya,” kata Fadil di Polda Metro Jaya.
Kalau melihat kartu keanggotaan, maka bisa disimpulkan kalau orang ini memang terafiliasi dengan FPI, dengan posisi yang bukan kaleng-kaleng, wakil ketua bidang jihad. Bukan jabatan selevel tukang cuci piring atau penyapu lantai. Jadi orang ini bukan sekadar simpatisan biasa atau fans amatiran. Sepak terjang kelompok ini memang sudah bukan rahasia lagi.
Kemunafikan mereka tidak tertutup dengan rapi, tapi tetap saja mereka berani menyangkal. Tiap kali ada teroris yang terafiliasi dengan mereka, pasti akan disangkal habis-habisan. Para petingginya terus denial dan tidak mengaku. Cuci tangan dan mengaku tak mengenal teroris yang ditangkap.
Pemerintah harus cermat dan serius dalam menyikapi kasus bom bunuh diri yg dilakukan teroris. Menurut yang saya baca, kasus pengeboman di Makassar ini adalah kasus terorisme ke-552 selama 21 tahun terakhir (periode 2000-2021). Artinya selama satu tahun, rata-rata ada 26 kasus terorisme di negeri ini.
Angka ini sangat banyak sebenarnya mengingat aksi teror kerap identik dengan memakan korban jiwa. Kalau yang mati adalah pelaku sendirian, mungkin tidak masalah dia mati konyol. Tapi lain cerita kalau korban lain ikut kena. Kalau pun tidak ada korban jiwa, pasti akan ada efek syok yang luar biasa bagi masyarakat yang berada di dekat lokasi kejadian.
Sebelum bom Makassar ini, ada insiden bom bunuh diri di Surabaya yang mana pelakunya satu keluarga, mulai dari orang tua sampai anak juga dilibatkan. Dan di Makasar juga terulang lagi.
Sebenarnya pertanyaan publik rata-rata sama, kapan aksi mengerikan seperti ini akan berakhir? Kapan negara ini bisa damai tentram tanpa perlu ditakuti oleh aksi-aksi teror yang bahkan memakan korban jiwa tidak bersalah? Mau sampai kapan negara ini bisa aman dan damai jika masih ada kelompok bertameng agama yang terindikasi dalam mendukung organisasi terorisme meski harus munafik dan pakai topeng palsu?
Apalagi semakin ke sini, semakin banyak bukti yang menggunung, mengarah ke ormas tersebut. Saya berkali-kali bilang, kalau hanya bubarkan ormas, percuma. Tak ada gunanya. Ormas hanya kendaraan. Kendaraan mereka disita atau dipreteli, mereka masih bisa cari kendaraan baru. Justru yang harus dibasmi adalah para oknum yang berada di balik ormas tersebut. Mereka yang harus ditindak tegas, baik petinggi maupun simpatisan.
Apalagi ada orang tak waras yang bisa-bisanya membuat framing bodoh terkait ini. Ada yang bilang ormas ini sengaja dijebak agar makin terpuruk. Gila, kan? Dia bilang ini adalah settingan busuk. Ada yang bilang ini mungkin pengalihan isu agar orang-orang melupakan persidangan yang sedang berlangsung.
Publik hanya berharap pemerintah benar-benar serius terhadap masalah ini. Serius dalam artinya bertindak tanpa setengah-setengah karena pertimbangan atau halangan tertentu. Aksi teror ini dilakukan orang yang sangat sangat serius, yang tak takut mati, sudah siap melakukan hal gila mengorbankan nyawa. Kalau tidak serius diatasi, mau jadi apa negara ini?
Discussion about this post