Seperti yang kita ketahui bersama, eksepsi Rizieq ditolak hakim yang artinya, sidang akan terus dilanjutkan. Tapi satu hari sebelumnya, kuasa Hukum Rizieq, Aziz Yanuar menyatakan, dalam menghadapi persidangan di dunia cukup dibawa santai.
Aziz menyarankan yang harus waspada adalah pihak majelis hakim. Separuh kaki dari para majelis hakim sudah berada di antara neraka dan surga.
“Justru yang harus waspada itu adalah majelis hakim yang terhormat. Karena, kaki hakim separuh di surga dan separuh di neraka,” katanya.
Katanya menghadapi persidangan dengan dibawa santai, kok malah bicara soal surga neraka. Justru ini ada tendensi menakut-nakuti agar hakim gentar. Ini adalah bukti kalau sedikit banyak kubu Rizieq gentar dan was-was menunggu nasibnya. Kalau santai, tak mungkin ancam-ancam atau mengatakan hal yang tendensius dan mengandung unsur menakut-nakuti.
Saya sering bertemu dengan orang seperti ini. Bersalah tapi paling galak melebihi auman singa lapar yang tidak makan 7 hari. Tujuannya supaya yang tidak bersalah justru ketakutan dan dia bisa bebas melenggang pergi. Ini semacam adu nyali dan keberanian. Salah tapi bisa merasa benar kalau menang bacot.
Coba lihat kubu Rizieq. Tiada hari tanpa bikin sensasi. Pendukungnya juga sama tidak beresnya, sering bikin ulah dengan drama sampah dan menggelikan. Kuasa hukumnya bahkan berani meneriaki hakim dan jaksa.
Sekarang bawa-bawa surga dan neraka. Bisa jadi surga dan neraka sudah jadi hak milik mereka. Tujuannya mungkin cuma satu, agar hakim terintimidasi sehingga setidaknya dakwaannya tidak terlalu berat.
Dari dulu Rizieq dan komplotan pendukungnya suka main menekan lewat pengerahan massa. Dulu kasus Ahok juga begitu, main ancam kalau Ahok terindikasi dibebaskan atau hukumannya ringan. Garang, suka ngotot memaksakan apa yang mereka inginkan.
Sekarang, Rizieq kena karma, malah seolah mau menekan hakim. Komplotan yang tak bisa dibina, mungkin tak ada obat untuk memperbaiki akhlaknya.
Bukan kubu Rizieq namanya kalau tidak bikin pernyataan yang mengada-ada. Mau menakuti hakim dengan ungkit surga dan neraka? Tahu gak kalau hakim itu wakil Tuhan?
Mereka kok jadi kayak tangan kanan Tuhan dan merasa paling berhak bicara soal surga dan neraka. Apa tidak malu dengan cermin?
Mereka ini mainannya selalu sama, surga dan neraka. Kalau tidak bisa membujuk dengan iming-iming wangi surga, maka mereka akan menakuti dengan kengerian neraka. Seolah mereka ini distributor tunggal surga dan neraka, bisa seenak jidatnya menentukan siapa yang masuk ke sana.
Makanya saya sering bingung, kok banyak yang masih membela kelompok ngawur seperti ini. Terbukti jelas mereka menggunakan agama dan unsur di dalamnya sebagai dasar untuk berbicara, berbuat dan berperilaku. Para pendukungnya ini, entah berilusi atau sedang ngigau.
Mereka menggunakan agama dalam demo-demonya. Mereka gunakan agama dalam politik, mempromosikan calon dukungannya lewat sentimen agama. Mereka gunakan agama untuk membela diri. Secara logika, mereka kalah bersaing. Saat bersalah, secara hukum memang salah. Satu-satunya jalan selamat adalah menjual agama, plus bonus surga dan ancaman neraka.
Ketika terjepit tak bisa berbuat apa-apa lagi, maka tameng kriminalisasi ulama adalah jurus pamungkas terakhir. Mereka maunya agama dapat menjadi penyelamat dalam lolos dari jeratan hukum.
Semoga hakim dan jaksa bisa melihat dengan jelas kelakuan mereka ini dan bertindak dengan logis, tidak terintimidasi oleh ulah mereka yang sebenarnya sedang panik. Panik karena salah, galak karena ketakutan.
Pingin banget melihat reaksi Rizieq saat mendengar vonis semaksimal-maksimalnya. Orang keras kepala seperti dia sungguh cocok dihukum semaksimal mungkin. Teriak pun tak ada gunanya lagi. Mau arogan pun rasanya tak ada tenaga lagi.
Selamat ya pak Rizieq, anda telah menggali lubang kematian anda sendiri, dan tak perlu menunggu lama, anda sendiri yang akan masuk Neraka.
Discussion about this post