Pemprov DKI Jakarta yang di pimpin oleh Gubernur stres sedang membangun tugu sepeda di Jalan Anggaran dari pembangunan itu mencapai Rp 800 juta.
“Tugu sepeda ini dapat anggaran dari kewajiban pihak swasta, pihak ketiga. Kemudian nilainya kurang-lebih Rp 28 miliar, termasuk tugunya yang Rp 800 juta,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.
Katanya sih tidak pakai APBD. Tapi pembangunan tugu sepeda ini banyak menuai kritik karena tidak pada tempat. Salah satunya adalah Partai Nasdem.
“Saya rasa Sudirman sudah rapi, sudah bagus, udah tidak perlu istilahnya ornamen-ornamen lagi, tugu-tugu gitu sih, sudah nggak perlu lagi,” kata Wakil Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta Nova Harivan Paloh.
“Maksud saya alokasi dana sekarang ini kita harus prioritaslah ya paling penting juga. Saya juga mengkritisi itu di Sudirman situ dekat, sebelum Syahid lah itu, itu di atasnya ada jembatan, di bawahnya dibikin buat penyeberangan. Yang di depan WTC menuju Meridien, ada lampu merah, di bawahnya ada pejalan kali, di atas ada jembatan, kalau di atas ada jembatan kenapa di bawahnya dibuat orang nyeberang,” kata dia.
Dia meminta Pemprov DKI memperhatikan tata kota. Dia juga mewanti-wanti adanya pemborosan anggaran. “Nah artinya penataan kota harus kita lihat juga, istilahnya mungkin secara fungsi dan secara aturan dan semuanya. Jangan sesuatu hal juga nantinya ada pemborosan. Itu yang paling penting itu yang saya ingatkan,” jelas Nova.
Warga DKI sendiri tidak paham apa tujuan pembangunan tugu tersebut. Apakah mau mengingatkan warga Jakarta agar sering-sering gunakan sepeda? Atau hanya buat hiasan? Bahkan Wagub DKI bilang tugu sepeda ini bakal menjadi spot selfie milenial. Waduh, ini adalah tujuan yang tidak penting.
Dari sini terlihat jelas kalau Pemprov DKI terkesan mengerjakan proyek yang mudah-mudah saja seperti tugu ini. Sedangkan proyek kompleks dan mendesak seperti normalisasi sungai malah seolah sangat lambat dikerjakan. Apalagi proyek mulia rumah DP nol rupiah, seolah rakyat menengah ke bawah ditipu karena sulit membeli. Apalagi, target pembangunan baru sedikit.
Memang tidak pakai APBD, tapi coba bandingkan dengan Simpang Susun Semanggi yang dibangun dengan biaya 300 miliaran Rupiah, tanpa APBD, tanpa utang. Kalau mau bandingkan, ini sangat jauh bagai bumi dan sumur.
Dalam salah satu acara debat Cagub Cawagub DKI, Anies pernah menyentil Ahok. “Pak Ahok hanya mengutamakan pembangunan ‘benda mati’, bukan manusianya. Yang menjadi fokus justru benda mati. Masyarakatnya, manusianya baru ‘akan’, tadi disampaikan. Kalau ‘benda mati’ sudah. Kita kritik kenapa baru sekarang bicara soal manusia,” kata si Badut Anies.
Justru kita lihat sekarang, Anies bikin banyak sekali spot selfie, tugu, dulu juga ada seni bambu, seni batu. Bukankah itu semua adalah benda mati juga? Bicara mah memang mudah, tapi melakukan itu sulit dan itu terbukti buat Anies. Apakah sekarang baru sadar, lalu ganti slogan cantik kotanya, bahagia warganya?
Kalau mau mempercantik Jakarta, harus seluruh wilayah kumuh Jakarta ditata, pemukiman liar direlokasi ke tempat yang lebih baik. Semua trotoar direnovasi, jangan cuma di kawasan elit saja. Buat semua kawasan jadi bersih dan rapi seperti di Singapura. Itu baru warisan hebat. Kalau cuma bangun tugu, tak perlu jadi gubernur.
Jadi saya rasa tak usah heran kalau Anies membangun sesuatu yang simbolis, yang terkesan mudah dan tidak begitu penting. Jakarta kayak cuma di-makeup doang, padahal aslinya, banyak sekali masalah rumit yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Yang penting Jakarta kelihatan cantik dari luar. Mengenai manfaat luas dan urgensi, nomor sekian. Sesuatu yang penting dan mendesak, seolah dibuat jadi tidak penting. Model begini, kalau jadi presiden, bisa gawat, lebih fokus pada hal-hal receh dan malah bikin negara makin mundur.
Discussion about this post