Kapal selam KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak di perairan sekitar 60 mil atau 95 kilometer dari utara Pulau Bali. Ketua Kelompok Ahli Kelautan dan Perikanan Gubernur Bali, I Ketut Sudiarta menjelaskan, kondisi laut di perairan utara Bali ini.
Secara umum perairan di sebelah utara itu disebut sebagai Laut Bali. Perairan itu merupakan laut transisi antara paparan Sunda yang dangkal dengan paparan Sahul yang dalam. Sehingga laut utara Bali termasuk kategori palung. Wilayah itu dikenal sebagai palung laut Bali Flores.
Sebab, palung ini menyambung sampai ke laut Flores yang dalam. Kedalaman palung itu sekitar 700 meter, semakin ke timur, kedalaman palung bisa mencapai 1,3 kilometer.
Miris tapi nyata, catatan hitam Menteri Prabowo akan tenggelamnya kapal selam ini akan jadi sejarah tersendiri baginya dimasa yang akan datang.
Terlihat bagaimana peran Menteri ini tak mampu bahkan menyelamatkan 1 kapal selam milik Indonesia. Berita musibah ini sudah menjadi sorotan dunia sejak hari pertama terjadi. Tak ada satu mediapun yang tidak bersuara akan kejadian ini, namun tokoh paling penting di Indonesia, yang harusnya bertanggung jawab penuh akan bidang militer justru diam seribu bahasa.
Tak ada respon apapun dari Prabowo Subianto sejak hari pertama tenggelamnya kapal selam ini. Justru malah, Presiden yang paling berupaya sedari awal kejadian ini ada, beliau langsung memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto beserta seluruh stakeholder lainnya mengerahkan kekuatan seoptimal mungkin untuk melakukan pencarian dan penyelamatan.
Atas instruksi Presiden, pencarian dioptimalkan lebih intens, mengingat ada 53 nyawa yang perlu diselamatkan. Namun fakta sejarah mencatat, dibawah kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang katanya fasih sekali dalam militer dalam setiap kampanyenya, hingga detik ini masih belum mampu menyelamatkan 53 nyawa tersebut.
Artinya apa? Prabowo yang sudah 2 tahun bekerja dalam bangsa ini, seolah bekerja seperti siput dan bekerja layaknya Presiden-Presidenan karena minta di kawal dalam pengajuan permintaannya di kasus terbaru beberapa waktu lalu.
Dia lebih mementingkan pamor atau gaya dengan dalih keselamatan Menhan, ketimbang mengurusi hal-hal yang substansial ke arah peralatan militer tanah air.
Bisa dibayangkan? Mencari 1 kapal selam saja tak mampu, bagaimana bila nanti kita diserang atau terjadi perang dalam waktu mendatang? Langkah strategis dan rencana Prabowo tak terukur dan tak terlihat karena tidak ada progresnya sama sekali.
Prabowo Subianto baru berbicara mengenai ucapan terimakasihnya atas Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton dan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh karena telah membantu mencari kapal selam KRI Nanggala-402.
Artinya, baru ada 2 bantuan dari total 10 Negara yang konon katanya siap terjun bergabung membantu upaya pencarian. Baru ada 2 bantuan yang masuk dari 10 Negara yang mengklaim akan membantu.
Amerika serikat mengklaim dalam berita terbarunya telah mengkontak langsung Prabowo Subianto, mereka berbincang mengenai pengerahan pesawat P-8 Poseidon untuk membantu pencarian kapal selam.
Wacana Amerika Serikat ini pun masih berupa rencana, yang belum benar-benar datang sedari awal pasca kejadian terjadi. Intinya, semua bergerak lambat, tidak ada keseriusan yang benar-benar serius untuk mencari sedari awal.
Jika pada akhirnya, alutista kita hingga 72 jam pasca kejadian tak mampu menemukan Kapal Selam yang tenggelam didasar laut hingga kedalaman 700m tersebut. Kenapa sedari awal kejadian ini terjadi, kita tak langsung menghubungi mereka (Negara Asing) yang konon katanya punya perlatan canggih sebagaimana klaim Pentagon sebelumnya.
Kenapa tidak sedari awal semua langsung bergerak, dan malah setelah 72 jam, setelah oksigen habis, sekarang semua baru berlomba-lomba mau membantu? Maka semua ini narasinya akan menjurus ke arah politik ekonomi transaksional semata.
Discussion about this post