Apa yang menimpa saudara-saudara kita di Papua akibat kebiadaban KKB, seharusnya menjadi pembelaan ketimbang KKB itu sendiri. Karena ancaman kelompok separatis bukan hanya menyasar TNI Polri, tapi juga warga sipil. Sering kita mendengar sekolah-sekolah dibakar, warga sipil dibunuh hingga kini santer terdengar mereka mau menculik para gadis muda. Ini namanya sengaja memancing provokasi agar ada isu HAM yang dimainkan.
Meninggalnya kepala BIN di Papua sudah cukup meresahkan. Meski mereka tak sadar siapa yang dibunuh, ini berarti ancaman serius bagi negara. Tentunya menyikapi hal ini tak bisa sembarangan. Pemerintah tak boleh terlalu lembek seperti di Suriah dan membiarkan negaranya dihancurkan dari berbagai arah. Termasuk para SJW yang suka mengompori dan memanas-manasi isu. Merekalah yang menggiring opini ke luar supaya pemerintah kita dicap diktator dan berlaku kejam ke rakyatnya sendiri.
Ini makanya SJW-SJW yang bertebaran perlu ditangkap seperti pentolan FPI kemarin. Hal ini juga dibenarkan pakar terosime. Seperti diberitakan tribunnews.com, peneliti terorisme UI Ridlwan Habib menilai ada tiga konsekuensi setelah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah, Kamis (29/4/2021) kemarin.
Pertama, kata dia, ujung tombak penanganan adalah Polri dalam hal ini adalah Densus 88.
Konsekuensi kedua, kata dia, adalah penyebutan secara spesifik kelompok terorisme di Papua berdasarkan pimpinan mereka. Konsekuensi ketiga, kata dia, Densus 88 bisa menangkap siapa saja yang setuju, atau mendukung aksi bersenjata di Papua. Termasuk, kata dia, mereka yang mendukung di medsos.
“Misalnya Veronika Koman selama ini mendukung KKB di Twitter, bisa ditangkap atas dugaan terorisme sesuai Undang-Undang Nomor 5 tahun 2018,” kata Ridlwan.
Penangkapan itu, kata dia, juga bisa dilakukan terhadap aktivis-aktivis pro KKB yang berada di kota-kota di luar Papua. “Misalnya di Yogya, di Surabaya, kalau ada indikasi kelompok itu mendukung KKB sekarang bisa dihukum dengan Undang-Undang terorisme,” kata dia.
Lalu apa komentar para SJW mengenai penetapan KKB sebagai terorisme. Berikut saya rangkum cupilkan beberapa media. Dilansir dari cnnindonesia.com, pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) Veronica Koman berkomentar atas pelabelan Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai kelompok teroris oleh pemerintah.
Melalui akun Twitter pribadinya @VeronicaKoman, dia mengatakan keputusan tersebut sebenarnya memutus usaha penyelesaian konflik dengan cara-cara damai.
“Indonesia baru saja memutus jembatan menuju resolusi secara damai,” tulis Veronica dalam cuitannya, Kamis (29/4). Sejalan dengan Veronica Koman, mantan petinggi komnas HAM juga memberi komentar pedas terkait label teroris pada KKB. Seperti diberitakan jpnn.com, dalam cuitan di akunnya di Twitter, Pigai mengaitkan pelabelan teroris untuk KKB dengan agama.
“Sudah sah orang Kristen Teroris,” tulis Pigai, Kamis (29/4). Selain itu, Pigai juga menganggap keputusan pemerintah itu kemenangan bagi kelompok Taliban, ISIS di Indonesia. “Setelah pemerintah giring konflik di Papua dengan rasisme/Papua phobia, sekarang pemerintah justru membuka konflik Kristen dan Islam di Papua. Tanda-tanda Indonesia bubar,” tulis Pigai.
Tak mau kalah dengan Pigai dan Koman, aktivis SJW lain yang bertubuh tambun, Dhandy Laksono, ikut berkomentar keras. Hal itu diungkapkan Dandhy lewat unggahannya di media sosial Twitternya, Jumat (30/4/2021).
“Isi kampungnya dikeruk. Orangnya ingin merdeka. Dikirim polisi dan tentara,” tulis Dandhy Laksono.b
Menurutnya, saat KKB Papua sebagai pemilik kampung tanah Papua melawan malah mereka disebut sebagai teroris oleh pemerintah.
Kini sebaiknya pemerintah segera meringkus orang-orang ini agar tak menyulut provokasi ke masyarakat dan media luar. Di saat korban dari warga asli Papua terbunuh oleh KKB meteka tak bersuara. Tapi, saat KKB Papua ditindaj tegas malah sok membela dengan dalil HAM. Lantas apakah HAM cuma berlaku untuk para kelompok separatis? Ini sama seperti mengasihani begal, tapi tak mau tahu dengan nasib korban. Otak mereka sudah terbalik-balik. Dengan menangkapi para pembela KKB di medsos, berarti aparat bisa bergerak selangkah lebih maju. Negara akan fokus menangkap para musuh dalam selimut, tanpa menghadapi tekanan dari dalam maupun luar. Lagipula provokasi mereka sudah sangat meresahkan. Tak hanya pemerintah saja yang dirugikan, tapi bisa jadi negara ini. Bayangkan kalau kejadian seperti di Suriah. Tapi, kita yakin Tuhan masih sayang Indonesia dan akan menjaganya dari tangan para perusak. Lewat Jokowi, Tuhan akan melumpuhkan satu persatu musuh negara.
Discussion about this post