Ditinggal FPI dan putus cinta dengan Gerindra membuat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) uring-uringan berpikir keras agar “mulus” maju di petarungan Pilpres 2024 nanti. Nampaknya, memajukan Anies jagoan satu-satunya tidak cukup kuat untuk skala nasional. Berbeda ketika memajukan Anies di Pilkada DKI, cukup mainkan politik identitas dibantu ayat dan mayat, kemenangan langsung ditangan.
Kali ini kondisi jauh lebih berat, se-Indonesia! Apalagi, selama menjabat menjadi Gubernur DKI, Anies tidak menghasilkan prestasi. Hanya daftar korupsi dan warisan persoalan di akhir kepemimpinannya nanti. Artinya, tidak ada nilai jual seorang Anies, jagoan PKS untuk dipamerkan di skala nasional. No tipu-tipu, rekam jejak Anies sudah terpampang abadi di media sosial.
Tidak heran PKS harus berimprovisasi, dan mulai teriak meminta ambang batas presiden (presidential threshold) harus diperjuangkan dari 25 persen turun ke 10 persen. Kira-kira begitulah otak berputar PKS yang sudah ciut duluan.
“Sayangnya dengan tidak ada revisi UU Pemilu, kami agak kerepotan. Kami PKS berharap Presidential Threshold itu 10 persen saja,” ucap Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dalam diskusi virtual, Sabtu (8/5).
Dijelaskan pada pasal 222 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menyebutkan ‘Pasangan calon (Paslon) yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.
Nah, paham dong kepanikan akut PKS jika gagal memenuhi ambang batas. Rekam jejak tidak menjanjikan. Lalu, sejauh ini nampaknya yang membuka hati hanya Demokrat. Cocoklah karena Demokrat juga ngebet mengusung AHY, sang putra mahkota Kerajaan Hambalang.
Keseriusan PKS mengurus Anies sudah dirintis dari sekarang. Anies sendiri juga diam-diam tapi malu dan mau sudah memulai safarinya. Bukan curi start, tetapi curi hati! Hahahah…terserah! Tidak salah jika PKS menjagokan Anies, karena soal mentok di gagasan Anies sudah terbukti.
Pengalaman 5 tahun Jakarta bersama Anies luber dengan gagasan dan pemikiran di luar nalar. Lebih mantap lagi jika duet Anies dan AHY terwujud lolos threshold. Berandai Anies-AHY sejoli yang lolos diusung. Bahkan tanpa malu dan penuh keyakinan, PKS pamer strategi untuk menghadapi Pilpres 2024, dan sekali lagi cocok! Menurut Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera,
Inilah strategi PKS:
Pertama, penokohan. Menurut Mardani, masyarakat Indonesia lebih banyak memperhatikan penokohan daripada Visi Misi dari suatu partai. Mungkin itu sebabnya beberapa waktu lalu Anies menghilang di Jakarta. Tetapi munculnya ikutan panen raya di Cilacap?
Kedua, yaitu narasi, yang menurutnya untuk pilpres 2024 harus ada capres yang menawarkan narasi yang bagus untuk Indonesia. Fix, lagi-lagi cocoklah dengan Anies yang memang sudah mendunia jago menata kata. Terbukti dalam 2 menit saja, PBB langsung terpana dan dibuat melayang oleh ide brilian Anies. Meski kalau PBB main-main ke Jakarta akan bingung. “Kok omongan dan kenyataan bak langit dan dasar sumur sih Nies?”
Terbaca disini peta yang dimainkan adalah pembodohan. Rakyat akan dijejali dengan pencitraan dan narasi ngelantur. Jalan itu sudah mulai dirintis Anies, karena waktu yang semakin mepet. Perkiraan terhitung Oktober 2022, Anies sudah bukan siapa-siapa, selesai menjadi Gubernur DKI, alias nganggur. Sisa waktu inilah yang gencar digunakan untuk pencitraan di kampung orang hingga bela-belain tidur di makam.
Apalagi jika bukan demi diusung PKS di pilpres nanti. Anies sadar diri bukan kader partai manapun. Kepentingan udang ngumpet dibalik bakwan yang membuat keduanya saling lirik, sama halnya dengan Demokrat. Tembus 25 persen untuk PKS jelas berat, tetapi 10 persen siapa tahu. Meski menurut penulis sih lebih baik nggak usah tahu, karena hanya bikin kisruh saja.
Discussion about this post