Sunday, January 29, 2023
Hijau Berita
  • Beranda
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Opini
  • Olahraga
  • Serba Serbi
No Result
View All Result
Hijau Berita
  • Beranda
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Opini
  • Olahraga
  • Serba Serbi
No Result
View All Result
Hijau Berita
No Result
View All Result

Pendakwah Tidah Seharusnya Begini!

12 May 2021
in Opini
0
Pendakwah Tidah Seharusnya Begini!

Ada surat kabar berbahasa Inggris berjudul seperti ini, “Indonesian cleric’s Sunday sermon irks Chatolics”, yang jika diterjemahkan akan menjadi seperti ini kira-kira, “Khotbah Minggu ulama Indonesia membuat jengkel umat Katolik”. Lalu dibawahnya tertulis seperti ini, “Pengkotbah Muslim mengklaim pengunjung gereja menyembah St. Dominikus pada hari Tuhan, bukan tuhan”.

BERITA TERKAIT

Sungguh Ironis, Koalisi Perubahan Kok Malah Berubah Haluan

Sungguh Ironis, Koalisi Perubahan Kok Malah Berubah Haluan

13 November 2022
Bang Paloh Baper Lagi, Kali Ini Curhat Soal Tiadanya Ucapan Selamat dari Jokowi

Bang Paloh Baper Lagi, Kali Ini Curhat Soal Tiadanya Ucapan Selamat dari Jokowi

12 November 2022

Tertawa ketika membaca artikel berbahasa Inggris tersebut, bagaimana bisa tidak tertawa? Ketika si Adi Hidayat ini yang diklaim sebagai ulama Islam populer di Indonesia yang mengklaim bahwa umat Katolik hanya pergi ke gereja pada hari Minggu untuk berdoa kepada St. Dominikus.

Dalam khotbah yang viral di media sosial pada 3 Mei 2021, Adi Hidayat yang memiliki 3,1 juta pengikut di Instagram dan berdakwah melalui saluran YouTube-nya, mengklaim bahwa Minggu – kata dalam bahasa Indonesia untuk Minggu – diadaptasi dari St. Domingo, sebagai St. Dominic juga dikenal.

Sungguh terlalu bukan? Bagaimana tidak terlalu? Si Adi Hidayat ini berbicara tidak berdasarkan fakta dan realita, padahal Katolik itu sebagai agama dengan tradisi Literasi dan Basis Data.

Jadi, saya ingin menyampaikan disini lewat tulisan ini agar si Adi Hidayat ini mendapatkan data dan fakta bahwa umat Katolik itu ke gereja bukan untuk menyembah St. Domingo seperti yang dia tuduhkan itu.

Katolik yang berarti umum, mempunyai sejarah riset, data yang akurat dari tingkat kepausan sampai tingkat lingkungan (komunitas terkecil dalam agama Katolik).

Jika ada pemuka agama lain mencoba mengupas agama katolik tanpa data dan hanya praduga dan katanya…dipastikan ia akan malu, sebab kelihatan bahwa ternyata ia tidak cerdas dalam menarasikan kebenaran.

Banyak referensi tentang katolik, baik di buku – buku yang telah ditulis oleh para pastur dari abad ke abad. Peradaban literasi yang sudah maju sejak dulu akan mudah menemukan data tentang agama katolik.

Jadi kalau ada orang yang bicara tentang katolik dengan hanya berdasarkan data katanya, utak atik gatuk, dan lucu- lucuan pasti malah akan berbalik, menandakan bahwa omongannya hanyalah berdasarkan asumsi, tidak mau tahu dan hanya berdasarkan dugaan tanpa riset dan data valid. Berarti berbohong padahal berbohong itu sangat dihindari dalam pengajaran agama apapun.

Kalau sekedar mengajari tanpa data akurat, hanya utak – atik gatuk, tukang obat yang berjualan di pasar dan di lapangan juga bisa. Toh tidak perlu logika yang penting bisa menjelekkan produk lain dan mengatakan bahwa obatnyalah yang nomor satu.

Kalau pemuka agama seperti tukang obat lalu bagaimana para pengikutnya bisa diajak ke jalan yang benar. Padahal ajaran agama khan bicara masalah kebenaran, kejujuran, bukan kebohongan, bukan bicara hanya dengan praduga tanpa cek dan ricek.

Katolik bagaimanapun tidak akan bergeming. Apa yang dikupas oleh Ustad Adi pasti akan ditanggapi santai. Terhina, ah untuk apa merasa terhina, toh, jika bicara salah dan bohong, nanti akan keweleh, atau akan kena batunya sendiri.

Tugas penceramah (pemuka agama) tentunya bukan untuk jualan obat, ia mewartakan kebenaran, memberi pencerahan, bukan membuat bodoh umatnya dengan cerita – cerita yang dikarang sendiri.

Kalau tidak mampu menampilkan fakta ya tidak perlu mengupas keyakinan lain, kalau sebetulnya tidak tahu ya tidak usah sok tahu, toh, jika memaksakan diri biar terlihat pintar dihadapan orang banyak dan pengikutnya nanti malah kena karma atas kebohongan – kebohongan yang diceramahkan.

Kalau berilmu dan menguasai pengetahuan agamanya sendiri, lebih bagus jika mengajak untuk introspeksi diri, mengajak pengikutnya untuk memahami agama mulai dari diri sendiri.

Sekarang terlihat aneh jika pemuka agama sekaligus berperan sebagai politikus. Agama di jalur putih, politik di jalur abu – abu bahkan kadang malah bermain di wilayah hitam karena politik yang cenderung menghalalkan segala cara.

Entah, barangkali tulisan ini tampak emosional, takut juga karena otomatis mengulik dan menggugat seorang ulama, pemuka agama, penceramah.

Diskusi tentang agama, harusnya menentramkan bukan menyeramkan seperti yang dilakukan oleh Adi Hidayat atau bahkan oleh UAS atau Yahya Waloni. Kalau mengupas agama, rasanya menakutkan, berdiskusi dan berdebat seperti berada dalam ancaman, padahal jika bicara lewat kemurnian nurani, dengan emosi yang terkontrol manusia tidak berhak sewot jika mendapat kritikan dan masukan.

Sekarang bicara agama orang seperti saya yang amat dangkal pengetahuan agamanya tentu susah berdebat dengan orang yang tiap harinya berdoa, mengkaji ayat demi ayat, menghapal letak dan tahu persis baris demi baris isi kitab suci.

Saya hanyalah debu yang bisanya merenung dan mencoba mencerna agama lewat bahasa hati, mungkin kadangkala mempertanyakan kenapa agama – agama di dunia datang bukannya memberi ketentraman malah membuat kebencian meruak, kebohongan nyata, kekejian tampak nyata, semua karena kekerdilan manusia dalam memahami dalil dan ayat kitab suci.

Memahami ajaran bukan pada intisari, tetapi lebih pada tataran hapalan dan bukan pelaksanaan. Sampai saat ini sebagai manusia kedengkian lebih menguasai diri sampai – sampai tidak percaya akan kebenaran diri tapi malah mengupas kelemahan yang lain. Diri sendiri masih amburadul namun malah giat mempersoalkan orang lain.

Bahasa agama lemah yang melengking dan bergema justru hasrat diri seperti politikus yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbesar, berjuang untuk menjadi yang terbaik. Dalam dunia pendidikan tentunya positif, tapi dalam agama semakin menguasai ilmu agama seharusnya semakin rendah hati dan semakin merasa kecil dihadapan Tuhan yang Maha segala- galanya.

Semoga ke depannya setiap agama segera tersadar, bahwa jika agama hanya memicu pertengkaran dan peperangan bisa jadi mereka tidak lagi percaya pada agama. Apa gunanya pemuka agama berbusa – busa berceramah tentang kebenaran jika dalam penyampaian narasinya kadang lebih banyak gibah dan mengupas kejelekan orang lain. Padahal dalam posisi sekarang ini dirinya sendiri masih banyak salah dan dosanya yang harusnya segera dikoreksi melakukan pertobatan.

Jadi buat Adi Hidayat, akan lebih baik bagi para pemimpin agama, apapun agamanya, untuk mendiskusikan inti dari keyakinan anda sendiri sehingga pengikut anda dapat memahaminya. Anda seharusnya tidak merasa perlu “melompati pagar dan mencoba menebak ajaran agama lain,”

Atau kalau anda masih kurang mengerti, sebelum anda membahas agama Katolik sebaiknya anda berdiskusi dengan pastur sebagai sesama pemuka agama, barangkali dengan diskusi anda bisa tercerahkan.

Pastur pasti akan terbuka membuka diskusi. Atau bisa mempelajari tentang Katolik, bisa bertanya pada Romo Frans Magnis Suseno yang sudah menulis buku tentang katolik. Dijamin datanya akurat.

Bagaimana Ustad Adi? Jangan anda mencari sumber yang tidak terpercaya, datanya tidak akurat, sehingga anda jadinya meneberkan hoaks dan terkenal hingga ke luar negeri bukan?

ShareTweetPin

Related Posts

Sungguh Ironis, Koalisi Perubahan Kok Malah Berubah Haluan
Berita Lainnya

Sungguh Ironis, Koalisi Perubahan Kok Malah Berubah Haluan

13 November 2022
Bang Paloh Baper Lagi, Kali Ini Curhat Soal Tiadanya Ucapan Selamat dari Jokowi
Berita Lainnya

Bang Paloh Baper Lagi, Kali Ini Curhat Soal Tiadanya Ucapan Selamat dari Jokowi

12 November 2022
Menebak Penyebab Koalisi Perubahan Batal Deklarasi
Berita Lainnya

Menebak Penyebab Koalisi Perubahan Batal Deklarasi

11 November 2022
Mengusung Anies Sepaket Dengan Menyuburkan Radikalisme dan Intoleran
Berita Lainnya

Mengusung Anies Sepaket Dengan Menyuburkan Radikalisme dan Intoleran

10 November 2022
Nasdem Terancam Nyungsep, Perlukah Merubah Nama Capres?
Berita Lainnya

Nasdem Terancam Nyungsep, Perlukah Merubah Nama Capres?

9 November 2022
Anies Rela Berbohong Demi Disebut Paling Toleran
Berita Lainnya

Anies Rela Berbohong Demi Disebut Paling Toleran

8 November 2022
Next Post
Muncul Drama Faisal Basri Pasca 75 Pegawai KPK Tak Lulus Tes

Muncul Drama Faisal Basri Pasca 75 Pegawai KPK Tak Lulus Tes

Discussion about this post

Berita Populer

Keras Kepala! Murnarman Tetap Keras Dengan Pemikiran Pemberontaknya
Opini

Keras Kepala! Murnarman Tetap Keras Dengan Pemikiran Pemberontaknya

by hb
13 January 2021
0

Munarman. Orang paling banyak cingcong dan pembohong. Dan kalau kalah debat, ia menyiram orang. Untunglah waktu di TVOne itu ia...

Read more
Ini Loh Buktinya Bahwa Warga DKI Tak Puas Dengan Si Badut

Ini Loh Buktinya Bahwa Warga DKI Tak Puas Dengan Si Badut

17 April 2021
Sudah Dipenjara, Rizieq pun Di Khianati Para Anak Buahnya

Sudah Dipenjara, Rizieq pun Di Khianati Para Anak Buahnya

6 January 2021
Pingin Untung, Kedok Pepo Terbongkar

Pingin Untung, Kedok Pepo Terbongkar

18 February 2021
Bapak Mantan Berpartai Biru Yang Gemar Menciptakan Lagu

Bapak Mantan Berpartai Biru Yang Gemar Menciptakan Lagu

21 January 2021

Berita Lainnya

Anies Terjerat Lagi Dana Damkar 6,5M, Si Mata Satu Tak Melihat
Opini

Anies Terjerat Lagi Dana Damkar 6,5M, Si Mata Satu Tak Melihat

13 April 2021
Eh… Abang Munarman Maen Petak Umpet Sama None LiLy di Hotel
Opini

Eh… Abang Munarman Maen Petak Umpet Sama None LiLy di Hotel

29 April 2021
Kasus Munjul, Edi Sumantri jadi Tersangka, Lusiana Menyusul?
Olahraga

Kasus Munjul, Edi Sumantri jadi Tersangka, Lusiana Menyusul?

3 June 2021
Kepedean, Novel Bamukmin Yakin Dipilih Oleh Ijtima Ulama Untuk Maju di 2024
Berita Lainnya

Kepedean, Novel Bamukmin Yakin Dipilih Oleh Ijtima Ulama Untuk Maju di 2024

17 February 2022
Elektabilitas Nasdem sudah turun gara-gara mengusung Anies, tetapi masih ngotot untuk mempertahankannya
Berita Lainnya

Elektabilitas Nasdem sudah turun gara-gara mengusung Anies, tetapi masih ngotot untuk mempertahankannya

21 August 2022
Setelah Ketahuan Berbuat Mesum, Kader PKS DPRD Kuningan Mengundurkan Diri
Opini

Tuduhan PKS Tak Sesuai Fakta, Pemerintah Tidak Menggubris

19 August 2021

© 2021 HijauBerita

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Opini
  • Olahraga
  • Serba Serbi

© 2021 HijauBerita