TGUPP sudah ada sejak Jokowi menjabat sebagai gubernur DKI, dibentuk pada tahun 2014. Tim ini berada di bawah gubernur dan awalnya hanya berjumlah 7 orang. Kemudian setelah Jokowi jadi presiden dan posisinya digantikan Ahok, jumlah anggota TGUPP menjadi 9 orang. Gaji mereka diambil dari uang operasional gubernur, sama halnya dengan staf gubernur lain dan anak magang.
Tapi, gubernur selanjutnya, yang dianggap santun dan bermulut manis, dengan segudang janji yang lebih indah dari surga, seiman pula, malah menambah jumlah anggota ke tingkat yang sangat keterlaluan. Jumlah anggota TGUPP melonjak drastis menjadi 74 orang. Parahnya, gaji mereka disedot dari APBD DKI. Mengerikan. Inilah gubernur yang sangat dibanggakan oleh kelompok stres penjual agama.
Menurut anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI William Aditya Sarana, besarnya anggaran TGUPP mencapai Rp 26 miliar di tahun anggaran 2020. Padahal di awal pembentukannya, anggaran untuk TGUPP hanya sebesar Rp 1 miliar.
Dan parahnya lagi, DPRD DKI sulit untuk melakukan pengawasan terhadap anggaran TGUPP karena tim ini bukan merupakan bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). “Dilemanya di sini, sudah anggaran besar, hasilnya enggak ada. Kita enggak bisa mengawasi, akhirnya bisa jadi TGUPP jadi bagi-bagi kursi jabatan saja,” katanya.
TGUPP ini entah apa kerjanya. Jumlahnya 8 kali lebih banyak dari jumlah TGUPP gubernur sebelumnya, tapi hasil kerjanya luar biasa kacau, hehehe. Gaji fantastis, diambil dari APBD, tapi kinerja kalah jauh dengan gubernur sebelumnya. Jadi jangan marah kalau publik menyebut TGUPP ini hanyalah hiasan saja, kerjanya minim tapi gaji gede. Jangan heran pula kalau publik menuding TGUPP ini hanyalah upaya Anies untuk bagi-bagi jatah kepada pendukungnya.
TGUPP ini kembali menjadi sorotan terkait beberapa isu miring.
Salah satunya adalah keluarnya Alvin Wijaya dari formasi anggota TGUPP. Dari isu yang beredar, Alvin dipecat oleh Anies karena dugaan keterlibatannya dalam mafia jabatan di lingkungan Pemprovl DKI Jakarta.
Isu ini lalu dibantah oleh Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), tapi dia sendiri tidak menjelaskan alasan pengunduran diri Alvin, yang justru malah membuat publik mengambil kesimpulan akan kebenaran isu tersebut.
Bukan hanya itu saja. TGUPP juga sempat dituding menjadi penyebab di balik keengganan ratusan PNS DKI Jakarta mengikuti lelang 17 jabatan tingkat eselon II yang digelar baru-baru ini. Ini juga yang sempat membuat Anies marah-marah beberapa hari lalu.
Saya pribadi tidak begitu fokus dengan masalah ini sehingga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi menurut Fraksi PDI-P DKI Jakarta Gembong Warsono menduga, ratusan PNS tak mau ikut lelang jabatan karena perannya nanti tetap akan didominasi oleh TGUPP. “Perannya (TGUPP) terlalu sentral. Peran yang terlalu (besar) itu tidak menimbulkan animo PNS khususnya eselon II dan III untuk naik jabatan,” kata Gembong.
Berarti sudah jelas. TGUPP adalah sebuah pemborosan anggaran yang sangat besar, tapi tidak diimbangi dengan kinerja dan prestasi yang sebanding. Ibarat Anies keluar modal gede, tapi return rate-nya kecil sekali, alias rugi banyak. Tapi bagi Anies, dia tidak rugi sepeser pun, karena gaji mereka bukan pakai uang operasional gubernur, tapi dikuras dari APBD, uang rakyat. Bukan uang dari kantong sendiri.
TGUPP sedari awal saja sudah aneh dan berlebihan. Jumlahnya ngalah-ngalahin jumlah menteri kabinet Jokowi yang hanya berjumlah 34 orang, mengurusi berbagai bidang mencakup satu negara. Sedangkan Anies, punya 74 orang di TGUPP hanya untuk mengurusi kota Jakarta doang (mungkin dia pikir Jakarta itu ekonominya lebih besar dari New York City), itu pun tidak becus. Jadi ini apa maksudnya? Pemborosan anggaran?
Apalagi BW, entah apa kerjanya, markup anggaran bisa kecolongan, kelebihan bayar bisa-bisanya lolos sensor. Malah sibuk teriak soal tes TWK pegawai KPK.
Jadi berikan selamat buat para pendukung yang selama ini memuja dan mengelu-elukan gubernur ini sampai di luar batas kewajaran. Beginilah ulah mereka, menggunakan agama, janji surga, ancam pakai neraka dan mayat. Mereka saat ini pasti sudah tiarap dan mungkin mencelupkan kepalanya di selokan saking malunya karena ketahuan bodohnya.
Discussion about this post