Febri Diansyah ini tidak sempat tes wawasan kebangsaan. Dia ini sudah keluar dulu karena mungkin memang merasa diri tidak cocok di KPK. Tapi saya lebih curiga kalau orang ini memang sudah tahu kalau UU KPK ini akan membuat dirinya tidak akan betah.
Tidak betah karena agenda pribadinya mungkin akan sulit dilaksanakan, karena UU KPK baru menganggap para pegawai KPK ini adalah ASN. Secara mereka dibiayai oleh APBN, wajar dong? Lalu ketika pengalihan status jadi ASN, dia koar-koar paling keras merasa KPK dilemahkan.
Padahal KPK ini direstrukturisasi agar menjadi lebih profesional, independen dan justru bisa menjadi lebih kuat, bukan lebih lemah seperti yang dibacotkan Novel dan kemungkinan 74 kadal gurun lainnya yang saat itu masih belum terdeteksi oleh rakyat Indonesia lewat Tes Wawasan Kebangsaan.
Setelah 75 kadal gurun itu gagal tes, belum ada wacana dipecat, Novel CS pun sudah kegerahan, panas dingin dan membuat narasi terlebih dahulu bahwa mereka akan dipecat. Padahal pimpinan KPK saat itu belum bicara apa-apa. Namun seolah Novel ingin mengatakan bahwa Firli ini adalah oknum yang dikirim.
Dikirim untuk melemahkan KPK. Dikirim untuk menghancurkan upaya pemberantasan korupsi. Inilah yang menjadi narasi awal. Namun akhirnya Firli pun bantah. Dia belum mewacanakan apa yang akan dilakukan kepada 75 kadal gurun itu. Akhirnya ada sekitar 50an orang dipecat karena sudah “bubar”.
Mereka harus dikeluarkan dari KPK karena terindikasi sangat kuat dengan radikalisme, terorisme dan Talibanisme. Bahkan dari beberapa orang yang gagal tes, mereka mengaku mengisi pertanyaan seputar seks bebas, mereka setuju. Mereka setuju dengan seks bebas. ISIS banget gak sih?
Lalu mereka juga setuju dengan kumpul kebo, FPI dan HTI harus diperjuangkan. Bahkan ada yang nggak bisa nyanyi Indonesia Raya dan tidak mau hormat bendera. Mereka benar-benar sudah keracunan radikalisme. ASN wajib tahu itu.
Namun Febri lagi-lagi tidak membahas ke sana, dia hanya koar-koar di Twitter mngatakan bahwa 75 pegawai KPK yang gagal TWK adalah yang terbaik. Terbaik dalam bidang ISIS? Atau apa? Selama Febri koar-koar di Twitter tanpa datang ke MK atau lembaga tinggi untuk menggugat, selama itu dia pecundang.
Kayak Prabowo lah seenggaknya, udah pecundang, tapi dia masih mau ke MK untuk menggugat hasil kontestasi pilpres. Jadi sekalian dianggap pecundang total karena kalah setelah sebar hoax Ratna Sarumpaet. Nggak bisa terima kekalahan, sekalian jadi pecundang level tinggi gitu.
Tapi Febri Diansyah nampaknya mau main aman saja. Hanya koar-koar di Twitter. Mengatakan 75 kadrun itu adalah kadrun terbaik di KPK. Mereka itu pemahamannya radikal loh. Mungkin ada 20-an yang masih bisa dibina, tapi sisanya harus dibinasakan. Maksudnya karirnya ya. Bukan binasakan orangnya.
Novel dan lain-lain ini sudah merasa lebih Firli dari Firli. Urusan Firli untuk memecat pegawai KPK. Lha kok sekarang seolah-olah Firli yang adalah pimpinan KPK, dianggap bersalah saat memecat bawahan kadrun itu? Memang logika terbalik semacam ini perlu diluruskan.
Indonesia ini masih banyak orang yang bisa menggantikan posisi Novel dan beberapa kadrun lainnya yang harusnya dipecat. Novel malah koar-koar ke Komnas HAM, buat apa? HAM buat dia merasa diusik? Kalau HAM tersangka pencurian sarang burung walet gimana?
Jadi menurut saya sih positif saja. Kita ini harus pikir positive sama Novel. Dia ini kan sudah tahu bakalan dipecat dari KPK. Jadi dia mungkin mau jadi seorang philanthropist. Dia mau berdamai dengan dirinya sendiri. Alih-alih lapor sesuatu yang nggak jelas, mending yang jelas, kasus sarang burung walet kali?
Ya jadi di dunia ini kalau kita hidup positif, karma baik akan datang kepada kita. Salah satunya Novel. Seharusnya Novel nggak usah ngegas banget minta dibela HAM-nya. Sudah sekali gagal kan waktu peristiwa penetesan air keras yang ternyata itu bukan upaya persekusi penyidik KPK, melainkan dendam.
Jadi anggap saja, Novel ini lagi mau melaporkan orang-orang yang terlibat dalam peristiwa kematian tersangka sarang burung walet yang katanya ditembak kakinya, disetrum alat kelaminnya, sampai ada salah satu mantan tersangka yang menyebut seseorang sebagai iblis.
Discussion about this post