Gubernur DKI yang dimenangkan oleh kelompok radikal, saat ini mulai keringat dingin karena Novel Baswedan di KPK yang selama ini diduga menjadi pelindungnya, dipecat dan diancam tidak bisa masuk lagi ke KPK untuk melancarkan Anies jadi presiden di tahun 2024 untuk mendirikan negara lain.
Kita tahu bahwa apa yang menjadi prosedur tes wawasan kebangsaan sudah menjadi barang wajib sebagai syarat peralihan status dari pegawai biasa menjadi aparatur sipil negara alias ASN. Ini urusan birokrasi. Tapi kenapa mendadak PGI ikut-ikutan? PGI kan persekutuan gereja Indonesia, apa hubungannya dengan TWK?
Kelihatannya PGI ini sudah mulai mendapatkan kesan dari rakyat Indonesia khususnya orang-orang Kristen yang nasionalis, merupakan persekutuan dan perkumpulan yang sudah mulai offside. Offside karena apa? Karena mencampurkan urusan politik dengan urusan agama.
PGI ini adalah seperti MUI versi Kristen. Menaungi gereja-gereja di Indonesia. Untuk apa? Nggak tahu. Saya juga nggak tahu kenapa harus ada PGI ini. Tapi yang pasti, beberapa gereja tidak mau masuk ke PGI dan tidak menjadi anggota PGI. Jadi kalau nggak masuk PGI, ya tetap bisa masuk surga kok.
Nggak kayak Anies, kalau mau masuk surga, harus lewat Anies satu-satunya pemegang kunci surga. Kita sama-sama setuju bahwa sebagai orang Kristen, gereja nggak harus masuk ke PGI. Karena katanya aturan-aturannya banyak dan mengunci. Ormas kecil ini mendadak menjadi viral lantaran ikut kepo.
Kepo dalam hal mengurusi Tes Wawasan Kebangsaan. Saya tahu dari 75 kadrun itu ada beberapa orang Kristen yang juga nggak lulus. Tapi apakah respons PGI? Bukannya mendukung langkah-langkah pasti pemerintah dalam memberantas radikalisme, malah sebut prihatin.
Ketika PGI mengatakan bahwa mereka prihatin soal gagalnya 75 kadrun di KPK ini dalam tes wawasan kebangsaan, saya lebih prihatin. Saya lebih prihatin, mereka offside, melampaui apa yang menjadi visi dan misi PGI pada awalnya, yakni menjamin kemerdekaan beribadah.
Kalau mau berkontribusi bagi bangsa dan negara ini, PGI malah seharusnya mendukung pemberantasan radikalisme yang merupakan bibit dari terorisme dan pergantian negara. Harusnya PGI sadar kalau Novel CS tetap ada, kasus Anies pasti tetap tenggelam. Ada apa dengan PGI?’
Kita sangat prihatin dengan upaya-upaya pelemahan KPK yang terjadi selama ini, terutama yang memuncak dengan pelabelan intoleran dan radikalisme atas 75 pegawai KPK melalui mekanisme tes wawasan kebangsaan belakangan ini…
Dengan disingkirkannya mereka yang selama ini memiliki kinerja baik serta memiliki integritas kuat dengan alasan tidak lulus TWK, dikhawatirkan akan membuat para penyidik berpikir ulang untuk melaksanakan tugasnya dengan profesional seturut dengan kode etik KPK di masa depan karena khawatir mereka di-TWK-kan dengan label radikal.
kata Ketua Umum PGI, Pendeta Gomar Gultom, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/5/2021).
Dari statement ketua PGI, kelihatannya Gomar Gultom nggak ngerti alasan utama mereka dipecat. Mereka dipecat bukan karena Taliban dan Radikal. Mereka dipecat karena di dalam tes itu, mereka ada yang setuju seks bebas, kumpul kebo dan dukung radikalisme. Jadi bukan hanya radikal.
Lebih nggak jelas lagi, Gomar Gultom minta Presiden turun tangan. Lah? Urusanya dia apa Pak? Sudah lah Pak Gomar Gultom, sebagai ketua PGI, seharusnya Anda itu mengutuk kejadian-kejadian yang punya hubungan erat dengan tujuan PGI berdiri. PGI berdiri untuk apa sih? Keamanan Anies? Nggak kan?
Kalau saya lihat, visi dan misi PGI ini jelas kok, nggak ada hubungan sama KPK. Apa itu visi dan misi PGI? Visinya menjadi Gereja yang merefleksikan kebaikan Allah di tengah-tengah masyarakat majemuk Indonesia.
Sedangkan misinya dibagi menjadi beberapa. Saya copy paste saja.
Pertama, Gereja-gereja di Indonesia makin menguatkan persekutuan di antara gereja-gereja di Indonesia sebagai basis bagi pelayanan dan kesaksian makin lebih terbuka kepada lingkungan yang di dalamnya mereka hidup.
Kedua, menggiatkan pelayanan yang komprehensif di tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai wujud pemberitaan Kabar Baik.
Ketiga, Ikut mewujudkan masyarakat majemuk Indonesia yang berkeadaban dengan memelopori berbagai upaya terciptanya hubungan-hubungan yang baik dengan komponen-komponen masyarakat; memberikan sumbangan berharga bagi terjadinya proses demokratisasi yang substansial di dalam Negara Indonesia.
Kalau mau dilihat yang agak nyambung hanya yang ketiga, tapi kan untuk menghadirkan demokrasi, bukan membela mereka yang setuju radikalisme, kumpul kebo dan seks bebas?
Kalau nggak paham, mending fokus ke Poso saja. Belum ada suara PGI soal 4 orang Kristen yang kepalanya dipenggal di Poso.
Discussion about this post