Sebagai orang Kristen, saya sih santuy saya menanggapi ada kabar bahwa orang Kristen juga gagal di dalam tes wawasan kebangsaan yang dipecat dan dibina oleh KPK. Kalau ada orang Kristen yang gagal, ya itu artinya dia nggak kompeten. Nggak ada urusannya sama agama.
Tapi saya lihat kok kaumnya Novel Baswedan dan kawan-kawan seperti Febri Diansyah, Giri dan lain-lain, seolah membawa-bawa isu Taliban, radikal dan yang lain-lain, seolah berhubungan dengan agama mereka sih? Mereka mungkin harus belajar dari orang Kristen. Santai saja.
Lagipula kita kan tahu, kalau KPK ini lembaga yang tidak menerima orang berdasarkan agamanya. Kita tahu juga selama ini tes kompetensi pegawai KPK ini nggak ada urusan sama agama. Nggak kayak yang dikerjakan di DKI Jakarta yang bikin agama jadi syarat mutlak. Kalau perlu, harus masuk FPI dan HTI? Haha.
Selama ini kita melihat isu-isu agama ini dibawa-bawa oleh Novel soal Talibanisme dan radikalisme. Dia merasa takut dianggap kadal gurun, padahal memang selama ini sikapnya kan menunjukkan bahwa bahwa mereka adalah perongrong NKRI. Coba lihat saja sikap Novel Baswedan saat ditetes air keras.
Dia menyalahkan Jokowi dan minta Jokowi tanggung jawab. Mirip sama Amien Rais saat dishooting drama pegang peluru sambil minta Tito Karnavian tanggung Jawab. Amien Rais dan Novel Baswedan ini sebelas duabelas.
Jadi kalau mau bicara Taliban dan radikal, ini bukan serta merta menyerang agamanya Novel dan Febri Diansyah. Tapi ini bicara tentang keseluruhan keutuhan hidup sebagai manusia utuh Pancasila yang mengedepankan NKRI dan negara di atas segalanya.
Kalau nggak bisa, ya jangan harap jadi PNS. Tunjangan mereka ini sebenarnya gede. Tapi kenapa Novel nggak mau? Mungkin karena dia di sana ditunjang dengan yang lebih gede lagi. Tapi ini ya sebatas dugaan. Artikel ini akan fokus kepada TWK yang tidak memandang agama tertentu.
Sebagai seorang Kristen, saya sih menyikapinya dengan positif. Jadi mau dia sedekat apapun sama Tuhan, mau dia sedekat apapun sama persekutuan gereja-gereja, atau mau sedekat apapun sama pendeta, dia kalau gagal ya gagal. Selesai kan.
Jadi buat saya, PGI nggak usah kepo dan mengurusi terlalu dalam soal Tes Wawasan Kebangsaan yang mungkin menggagalkan orang-orang Kristen. Tes ini sudah dilakukan secara tepat. Terukur. Tepat, sesuai dengan indikator kok. Justru harusnya PGI bisa bersyukur kalau hanya 75 orang dari 1200an orang yang gagal.
Artinya semua yang baik, masih ada di dalam dan lulus. Seharusnya PGI nggak kemakan sama si Polisi Taliban bernama Novel Baswedan itu. Mereka ini playing victim. Klarifikasi ke PGI soal dia bukan kadal gurun atau Taliban, adalah sebuah klarifikasi nggak penting.
Karena TWK nggak bicara hanya itu. TWK ini bicara soal pandangan nasionalisme seseorang, bukan agamanya. Kalau pun ada pertanyaan seputar agama, ya itu semata-mata untuk mengetahui kadar kebangsaan. Kalau pun disuruh memilih kitab suci ketimbang Pancasila, maka ya jawab saja Pancasila.
Atau kalau ada jawaban kitab suci, ya jawab saja. Urusan lulus nggak lulus, kan juga tidak dipengaruhi hanya gegara satu jawaban itu saja. Kalau misalnya begini, saya menjawab kitab suci di atas Pancasila, tapi dari pertanyaan lain, nasionalisme saya teruji dan lolos, ya pasti lolos.
Jadi jangan sampai satu dua pertanyaan yang mencuat begitu, lalu ujug-ujug menganggap tesnya bermasalah. Aneh banget. Apalagi ada yang bongkar soal-soal TWK. Dari ratusan soal, muncul pertanyaan itu hanya satu atau dua. Lalu jadi masalah gitu?
Harusnya Novel Baswedan belajar kalau mercusuarnya orang Kristen itu bukan PGI. PGI mau ngomong apapun, orang Kristen yang pintar, pasti nggak serta merta setuju dengan mereka. Jadi kalau mau, sana Novel cari dukungan sama MUI. Anwar Abbas siap mengambil umpan lambungmu.
Lumayan kan saya kasih nasehat ke Novel? Kalau mau klarifikasi itu Taliban dan radikal, sama ke Anwar Abbas. Jangan ke PGI. PGI buat orang Kristen itu nggak terlalu penting. Mereka nggak bakalan bisa bikin fatwa buat orang Kristen, soalnya orang Kristen yang baik, berkiblat kepada Kristus dan Firman-Nya yang mengasah dan mencerdaskan logika, nalar dan hati.
Discussion about this post