Pandemi Covid-19 belum mereda, bahkan semakin menggila dengan munculnya varian baru. Gejalanya pun berbeda dengan jenis Covid-19 sebelumnya. Peningkatan jumlahnya pun semakin tajam. DKI adalah daerah tertinggi, kedua Jawa Barat, lalu Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Karena semakin meningkatnya jumlah tersebut, maka pemerintah menetapkan PPKM Darurat untuk Jawa-Bali.
Diharapkan dengan dilakukan PPKM sejak 3 -20 Juli 2021, dapat memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19, syaratnya adalah Kerjasama antara pemerintah, aparat, dan masyarakat yang mematuhi praturan dan protokol Kesehatan. Hal ini butuh tindakan dan pantauan dari kepala daerah masing-masing wilayah.
Di DKI Jakarta misalnya, jumlah warga yang terpapar Covid-19 di DKI Jakarta semakin mengkhawatirkan, data terakhir adalah dilakukan pemakaman 392 pasien Covid-19 pada, Sabtu (3/7/2021). “Sabtu 26 Juni 157 pemakaman, hari Minggu (27 Junk) 144 pemakaman, Senin (28 Juni) 193 pemakaman, Selasa (29 Juni) 279 pemakaman, Rabu (30 Juni) 23, Kamis (1 Juli) 301, Jumat (2 Juli) 365, Sabtu (3 Juli) 396. Semoga ini adalah angka terakhir,” ucap Anies sambil mengusap air mata, pada Minggu (6/7/2021).
Dia kemudian tak pernah berhenti mengajak masyarakat untuk terus memanjatkan doa kepada Tuhan agar Indonesia segera terbebas dari Covid-19. Ooh Anies, apa yang telah dilakukan dia sebagai kepala daerah? Belum melakukan apapun yang signifikan untuk kepentingan warganya.
Sebagai seorang kepala daerah seharusnya Anies tahu betul, bahwa pandemi ini tidak hanya bisa diselesaikan dengan air mata buaya dan doa. Tapi lakukan sebuah program, gerakan, atau himbauan terus menerus kepada masyarakat. Terjun langsung, seperti yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang setiap saat berhadapan langsung dengan masyarakat dan tak bosan-bosannya mengingatkan pentingnya prokes. Ganjar pun berkunjung ke rumah sakit, di mana para pasien Covid-19 melakukan isolasi dan pemulihan kesehatan.
Sekarang, jika kita bandingkan dengan Anies, apa yang sudah dilakukan dia secara langsung kepada masyarakat? Sekalinya bekarja, malah minta sumbangan pada warga alat-alat pel. Ketika dia meninjau vaksinasi perdana bagi anak usia 12 – 17 tahun, didampingi Pangdam Jaya, Mayjen TNI Mulyo Aji; Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran; Pangkoopsau I, Marsekal Pertama TNI Tedi Rizalihadi; Kapok Sahli Koarmada I, Laksma TNI Sumardi; Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma; Kadinkes DKI, Widyastuti; Kadisdik DKI Nahdiana, serta Kadiskominfotik DKI Atika Nur Rahmania. Coba lihat saja, gaya Anies seperti gubernur rasa presiden.
Belum lama dia malah berkunjung ke pemakaman Covid-19, entah apa maksudnya, dengan mundar- mandir di pemakaman, mungkin berharap ada ide untuk menyelesaikan pandemi ini atau hanya sebuah pencitraan saja, seperti air mata ketika dia membacakan jumlah warga DKI yang terpapar Covid-19
Sekarang ini yang sedang ramai dibincangkan para nitizen adalah Anies sedang berkunjung ke tempat produksi peti mati. Bener-benar di luar nalar cara berpikirnya. Apa Wan abud ini mencari celah agar ada anggaran yang diajukan untuk membeli tambahan peti mati. Kan lumayan, bisa ada kelebihan bayar yang bisa buat modal nyapres 2024 nanti.
Aah Anies, sepertinya lebih memikirkan rakyat yang sudah tenang di alam beda daripada memperjuangkan warga DKI yang sedang berjuang melawan virus Covid-19 yang menyarang di diri mereka.
Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Sitorus menuturkan saat PPKM di Jakarta, hanya seperti hari libur, orang tidak bekerja tetapi aktivitas lain tetap berjalan seperti biasa dan tidak terlihat penurunan aktivitas di permukiman atau tempat-tempat keramain. Bahkan di Jakarta, aparat kelurahan terkesan tidak berpartisipasi melakukan pengawasan terhadap aktivitas warga.
“Seharusnya penyekatan itu dilakukan di pintu keluar masuk permukiman, sehingga sejak awal aktivitas warga yang tidak mendesak bisa dikurangi. Tanpa kerja sama aparatur terbawah dan warga di tingkat RT, PPKM ini tidak akan pernah mencapai tujuannya,” ujar Deddy.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan instansi terkait di Jakarta harusnya segera muncul ke publik, melakukan sesuatu untuk memastikan PPKM Darurat berjalan dengan baik. “Jangan sembunyi saat ada masalah lalu manggung saat keadaan membaik,” tegas anggota Fraksi PDI Perjuangan itu.
Jakarta sekarang menjadi kota paling berbahaya di dunia. Apa Gubernur-nya tidak malu? Kita jadi bulan-bulanan media asing, persis seperti dulu kejadian di India. Anies, turunlah, Anda punya pasukan hingga ke-RT, waktunya untuk Anda menata sistem dan bukan sekadar menata kata.
Gubernur DKI Jakarta tidak boleh terus menerus berlindung di bawah pemerintah pusat. DKI Jakarta punya anggaran, punya aparat, dan punya kewenangan. Maka dari itu, Anies bekerja efektif dan meningkatkan kesadaran warga sebelum lebih banyak korban meninggal dunia akibat pengendalian pandemi Covid-19 di Jakarta yang tidak jelas.
Discussion about this post