Pandemi Covid-19 berkepanjangan turut membuat angka kemiskinan di Indonesia, terutama Ibu Kota DKI Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan angka kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta, di mana pada Maret 2021 jumlah penduduk miskinnya berjumlah 501.920 orang. Atau secara persentase setara dengan 4,72%.
Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan tersebut ada penambahan jumlah sebanyak 21.060 penduduk miskin dibandingkan dengan Maret 2020. Juga terjadi penambahan sebesar 5.080 orang dibandingkan September 2020. Berdasarkan total populasi, jumlah penduduk miskin di Jakarta melonjak dari sebelumnya 496,84 ribu orang pada September 2020 menjadi 501,92 ribu orang per Maret 2021.
Apa yang dilakukan Anies sebagai Gubernur DKI ini bukan sesuatu yang membantu rakyat terjerat dari lubang kemiskinan dan kesusahan akibat hantaman pandemi Covid-19. Dia malah menjadi benalu tanpa ada program kerja yang dapat membantu masyarakat, malah mendatangi kuburan, pertama hanya mengelilingi kuburan warga yang meninggal akibat Covid-19 dan kemudian foto beredar, benalu ini sedang datang lagi ke kuburan, kali ini mendatangi dua warga, seorang ibu seang berdoa di depan kuburan dan seorang ojol.
Ikut prihatin kepada warganya. Masa sulit, warga perlu seorang pemimpin yang bisa menenangkan warganya dan memberikan solusi untuk mengatasi pandemi yang semakin menyebar terutama di DKI Jakarta penderitanya tertinggi di seluruh daerah. Ketika berkunjung ke Taman Pemakaman Umum (TPU) khusus Covid-19 di daerah Rototan, Cilincing, Jakarta Utara pada Kamis (15/7), Anies Baswedan menyatakan keprihatinan dan kedukaannya. Tak lupa, jurus untaian kata yang (sepertinya kurang) bermakna disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut: “Kini sejauh mata memandang hanya hamparan liang kubur.“
Memang stempel “gubernur ayat dan mayat” tidak akan pernah hilang dari dirinya. Dengan percaya diri, dia pun katakan penambahan itu karena Covid-19. Gubernur terbodoh versi google ini hanya modal bacot dan berdiri di atas pesimisme masyarakatnya, memberikan efek ketakutan dan kepanikan yang berlebihan karena selalu bicara kematian dan mengunjungi makam.
Harusnya Anies belajar dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan kerja nyata. Salah satunya dengan pengembangan UMKM atau langsung ke lapangan berdiskusi dengan rakyatnya. Sejatinya pemimpin itu adalah yang turun ke masyarakat, bukan hanya di depan laptop duduk dengan perut buncit dan uang tetap masuk rekening. Bukan pula sekali kelapangan, salah masuk kamar dan langsung maki-maki atau malah muter-muter di pemakaman koran Covid-19. Pencitraan yang dungu
Discussion about this post