Partai Demokrat adalah partai keluarga, salah satu partai yang tidak sehat di Indonesia, karena bukan partai yang berbasis kader, semua ditentukan oleh keluarga Cikeas, saat ini masih konflik sedang mengalami badai tsunami dari internal dan masalah yang harus diselesaikan.
Kudeta di Partai Demokrat masih terjadi, salah satu alasan adalah dua kegagalan Agus sebagai ketua umum, saat Agus mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta di Pilkada DKI 2017 lalu. Kedua, saat Agus tak terpilih menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2019 lalu. Dua kali gagal, pertama gagal di arena pertarungan, yang kedua, gagal masuk arena. Sebagian kader itu meragukan, bahwa Agus bisa mendongkrak suara Partai Demokrat, jadi ga heran kegagalan Agus di Pilkada DKI dan Pilpres 2019, jadi alasan munculnya kudeta di Partai Demokrat.
Belakangan keluarga Cikeas menyatakan perang terhadap buzzer, ini pernyataan sombong, karena mereka yang disebut buzzer adalah orang-orang pendukung Jokowi, sementara pendukung Jokowi, menurut data di Pilpres 2019 sebanyak 85.600 ribu orang. Demokrat hanya 10.800 orang, artinya kekuatan orang yang mau diperangi 8 kali lipat Demokrat. Tapi Demokrat sudah sombong duluan.
Demokrat kalau dilawan tambah susah, karena Demokrat tidak dilawan sudah pasti tengggelam. Alasannya adalah punya nahkoda tidak punya pengalaman, satu-satunya pengalaman dalam dunia politik adalah maju di Pilgub DKI dan itu gagal, belum lagi sang istri anak koruptor, Annisa Pohan. Annisa Pohan terus saja berkoar-koar di twitter, semakin menambah kekacauan saja. Dua orang ini saja, sudah buat Demokrat tenggelam, sekarang Andi Arief ajak perang buzzer.
Menurut Alifurrahman, dalam program Pakar Mantan, di 2024TV sebagai parpol tidak paham posisi, Demokrat dengan pemilih sebanyak itu, tidak semuanya pendukung Agus dan Pepo, apalagi sudah ada dualisme kepemimpinan, jadi kalau mau perangi buzzer, artinya perangi rakyat. Lagian tidak ada parpol di dunia yang mau perang rakyatnya sendiri yang tak terorganisir. Apalagi menyatakan perang tapi akun-akun Demokrat banyak memblokir pendukung Jokowi, jadi bagaimana mau berperang.
“Demokrat malah lawan buzzer, padahal yang lain fokus lawan pandemi. Karena lawan buzzer cara paling murah dan efektif menaikkan nama Demokrat di media. Memerangi buzzer memang cara yang paling murah, karena kalau benar-benar mau melakukan aksi, menolong pemerintah, menolong rakyat betul-betul peduli, kalau Akidi Tio mengeluarkan Rp2 triliun, Demokrat susah, hal yang ga mungkin. Karena DNA Demokrat adalah DNA koruptor,” tegas Alifurrahman.
Coba bayangkan saja, Keluarga Akidi Tio, melalui Kapolda Sumut, menyumbangkan dana Rp2 triliun, sementara Pepo sumbangkan doa. Apa cukup mantan presiden melakukan doa, bukan sumbang dana? Ada beberapa kader Demokrat mengatakan, Demokrat sudah menyumbang diam-diam tak terekspose. Ini sangat tidak bisa dipercaya karena keluarga Cikeas, terkenal sebagai super ekspose, doa saja di ekspose apalagi sumbangan.
“Karena selama 10 tahun jadi presiden sudah banyak dapat harta, harusnya kembalikan pada rakyat. Berapa kekayaan Pepo, tidak ada yang tahu, tapi 2019 pernah dikatakan kekayaannya Rp9 triliun, dia marah besar. Jika yang mengatakan adalah orang-orang yang kredibel, mereka punya data. Sementara kalau melihat gaya hidup anak-anaknya, yakin bukan keluarga sederhana,” papar Rudi S. Kamri, dalam chanel Kanal Anak Bangsa tv.
Jika berbicara mengenai gaya hidup anak-anak dan menantunya, si anak koruptor Annisa Pohan, beredar foto, Annisa Pohan borong sepatu mewah di Paris ramai di Twitter, #AnnisaPohanHedon masuk Trending. Bersama suami dan anaknya yang sedang duduk dengan beberapa sepatu branded yang baru saja dibelinya. Dalam unggahan foto tersebut dikabarkan Annisa Pohan itu sedang berada di Paris, Prancis untuk memborong sepatu mewah merk Chanel. Saking banyaknya sepatu yang dibeli, sosok yang diduga Annisa Pohan itu bahkan sampai rela membungkusnya kembali dengan kantong yang lebih besar.
Sebelumnya Annisa Pohan juga sempat menjadi bulan-bulanan netizen usai salah ketik soal Ayat Alquran dalam cuitan di akun Twitter-nya. Annisa Pohan sempat menuliskan potongan ayat dari surat Al-Baqarah tentang kekejaman atas fitnah. “‘Dan fitnah lebih sadis daripada pembunuhan.’ (QS. Al-Baqarah [2]: 291),” tulis Annisa Pohan dalam cuitan yang telah dihapus itu. Pepo hanya kirim Doa, sementara mantu manambah jumlah ayat. Kacau. Doa saja tidak cukup pepo.
Jangankan donasi memberi, bahkan yang ada pun dikorupsi dan satu-satunya partai di Indonesia yang korupsinya terstruktur, sistimatif, dan massif adalah Demokrat, mulai dari ketua, bendahara, wakil sekjen, menteri-menteri, kader-kader semua ditangkap dan dipenjara, karena bancakan hasil korupsi. Cuma Demokrat yang bisa seperti itu. Tak heran elektabilitas partai keluarga ini semakin menukik. Kini Demokrat menumpahkan segala kesalahannya pada buzzer. Kalau begitu, yuu rakyat Indonesia, kita tenggelamkan Demokrat untuk 2024.
Discussion about this post