Hanya ada dua golongan di negara Indonesia saat ini, yang satu sibuk menghina kepala negaranya sendiri, yang satunya lagi sibuk membangun bangsa. Masih aja ada manusia-manusia ditengah kita yang selalu berusaha melihat dari sudut pandang dan pemahaman yang sangat jahat untuk sesuatu yang sebetulnya baik dan mulia.
Baru kemarin Kepala Negara RI Joko Widodo melakukan sidang tahunan MPR kemarin menjelang 17 Agustus 2021, Presiden Jokowi membacakan sidang tahunan MPR, DPR, dan DPD yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan RUU APBN 2022.
Tahun ini, Jokowi memakai pakaian yang menarik perhatian publik karena mengenakan baju adat Suku Baduy, yang ada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Jokowi sukses membuat kita terpana dengan baju adat suku baduy yang ia kenakan. Ini adalah suatu simbol di mana seorang presiden begitu menghormati ciri khas masing-masing suku yang ada di Indonesia.
Rasa nasionalisme Jokowi tak perlu diragukan lagi. Tak hanya melakukan pemerataan infrastruktur, tapi juga mengangkat budaya bangsa.
Namun, sayangnya bukan apresiasi yang ia dapat, wartawan Tirto, Bernie justru kedapatan mengoloknya bahwa Jokowi cocok bawa madu dan jongkok di perempatan dengan baju tersebut.
Entah apa yang ada dipikiran manusia-manusia jenis setengah setan bangsat biadab keparat itu, apakah hilang akal atau sakit hati. Harusnya Tirto bisa dikritik balik kenapa absen memberitakan wartawannya yang telah menghina kepala negara dan pakaian adat daerah.
Bernie menguhajat pakaian adat suku Baduy melalui platform twitter melalui akun @pawletariat yang rasis yang diposting pukul 13.21 WIB berbunyi :
“Azzzzzsksks Jokowi make baju adat Baduy cocok banget, tinggal bawa madu plus jongkok di perempatan.”
Penghinaan biadab yang melecehkan kepala negara yang memakai pakaian adat Badui dengan frasa tinggal bawa madu dan jongkok diperempatan itu adalah pelecehan yang sangat merendahkan, bukan hanya terhadap sosok kepala negara yang seharusnya dihargai dan dihormati.
Akan tetapi juga penghinaaan terhadap budaya bangsa yang disamakan derajatnya dengan gelandangan hina dina yang jongkok di perempatan jalan untuk jualan madu hitam.
Bukankah wartawan harusnya memberikan informasi yang bermanfaat dan berkualitas sejalan dengan amanah UU keterbukaan informasi publik serta dalam pembukaan UUD 1945 terkait mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah pun melalui Menkominfo mengajak para jurnalis di seluruh Indonesia untuk bisa memperkuat tiga tanggung jawab pers kepada masyarakat Tanah Air sehingga bisa menjalankan amanah kebebsan pers dengan maksimal.
Mudah-mudahan tidak ada wartawan yang modelnya seperti bung bernie dari tirto ini ya. Kejadian ini sungguh sangat amat disayangkan dan mungkin mencederai kalangan pers.
Discussion about this post