Setelah pak tua Amien Rais keluar atau disingkirkan dari PAN, Zulkifli Hasan menjadi ketua umum partai PAN. PAN mulai mengubah arah dukungannya, sekarang PAN lebih condong mendukung pemerintah.
Baru-baru ini, PAN menyatakan diri resmi bergabung dengan koalisi pemerintah. Zulkifli Hasan ikut dalam pertemuan partai koalisi dengan Presiden Jokowi didampingi oleh Sekjen Eddy Soeparno ke Istana.
Kini koalisi pemerintah semakin gemuk, sedangkan oposisi makin kerempeng tersisa beberapa partai yang masih jual mahal dan egonya yang tinggi.
Salah satunya adalah PKS. Partai ini memang sudah identik dengan oposisi dan tidak sejalan dengan pemerintah saat ini. Di satu sisi, ini bagus karena kalau PKS gabung ke pemerintah, rasanya gak rela gitu.
Di sisi lain, partai ini punya banyak agenda lain. Agenda tersebut kadang sangat kontras, sehingga PKS lebih memilih menjadi oposisi di luar pemerintah.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengomentari sikap PAN yang resmi berkoalisi dengan partai pendukung pemerintah. Mardani menganggap, potensi penyimpangan bisa makin bertambah karena makin banyaknya partai politik bergabung dengan pemerintah.
Awalnya, Mardani mengaku tak menyoal setelah PAN resmi bergabung dengan parpol pendukung Jokowi-Maruf. Itu hak partai politik, yang tentunya masing-masing punya strategi.
Tapi Mardani merasa ada potensi penyimpangan seiring semakin besarnya kekuasaan. Dia mengutip Diktum Lord Acton (1834-1902); “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.” (Kekuasaan itu cenderung korup. Kekuasaan absolut korup seratus persen).
“Tapi PKS merasa bahwa power tend to corrupt, kekuasaan cenderung menyimpang, absolute power corrupt absolutely, semakin besar kekuasaan semakin besar penyimpangannya,” kata Mardani. (sumber: https://www.suara.com/news/2021/08/26/140435/telak-mardani-kritik-setelah-pan-gabung-ke-jokowi-absolute-power-corrupt-absolutely?page=all)
Mardani mengklaim posisi PKS tetap menjadi partai oposisi untuk mengawasi kerja pemerintah. “PKS insyaallah ingin bersama rakyat, melayani rakyat dengan mengontrol kebijakan pemerintah secara kritis dan konstruktif. Insyaallah semuanya untuk membangun negeri,” kata dia.
Mungkin PKS iri saja, PKS mungkin berniat gabung aja, tapi mungkin masih gengsi atau malu-malu kucing. Malu tapi sempat berharap agar dipanggil untuk bergabung. Gengsi sudah terlalu tinggi sehingga PKS terpaksa mengambil jalurnya sendiri.
Atau PKS mulai khawatir dengan posisinya sebagai oposisi. Kekuatannya makin menciut, sedangkan koalisi pemerintah semakin besar. Selain PKS, ada satu partai lagi yang dari manuvernya sudah jelas jadi oposisi. Demokrat.
Dua partai ini jelas orientasi dan arah politiknya. Tapi sayang, dua partai ini terlalu kecil. Kalau pun ditambah partai kecil lainnya, tetap saja ukurannya mini dibandingkan koalisi jumbo pemerintah.
PKS tetap menjadi oposisi sejata yang berdalih untuk tetap bersama rakyat. Namun, apa pemerintah tidak berasama rakyat? apa hanya PKS yang paling dekat dengan rakyat?
PKS seolah mewakili rakyat dengan menjadi oposisi, dan seakan rakyat mendukung oposisi. Kalau beneran rakyat mendukung penuh, tak mungkin suara oposisi hanya sesedikit itu.
Discussion about this post