Ahok dan Anies dalam segi kinerja bagaikan langit dan bumi. Tidak berselang lama setelah Ahok duduk sebagai komisaris Pertamina, dirinya membuat perombakan besar-besaran. Ahok sukses melakukan pengeboran sumur baru, menyukseskan program biofuel hingga melakukan penghematan dengan jumlah menakjubkan. Tentu jika DKI 1 kini dijabat Ahok, tak akan ada anggaran yang terbuang percuma.
Justru ahok membuat transparasi anggaran agar bisa dipantau semua pihak hingga tidak ada yang namanya kelebihan bayar. Para anggota dewan pun dibuat tak bisa senang-senang. Jangankan jamuan makan malam, anggaran mobil dinas dan lainnya pasti akan tergantikan dengan coretan “emang duit nenek lo”.
Sayangnya era Ahok harus berakhor ditangan gubernur ayat dan mayat. Gubernur yang menyeru keberpihakan padahal sejatinya hanya mementingkan jabatan dan popularitas ketimbang kesejahteraan warganya.
Kini warga Jakata dibuat tertunduk lesu mengingat prestasi moncer Ahok di Pertamina begitu berbanding terbalik dengan Anies.
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) atau Ahok kini tengah bungah melihat salah satu proyek perusahaannya di Tuban, Jawa Timur. Sebab, biaya proyek ini bisa dipangkas sampai US$ 6 miliar lebih atau setara Rp 84 triliun (asumsi kurs Rp 14 ribu per dolar AS).
Beda Ahok, beda pula Anies dalam menanggapi rancangan anggaran. Di tangan Anies berkali-kali pemprov DKI mencatatkan pemborosan belanja daerah. Mulai dari pembelian masker, rapid test dan banyak anggaran-anggaran bocor lainnya. Pertama kita dibuat tertegun dengan adanya lem aibon hampir seratus milyar, ternyata yang terjadi di lapangan justru lebih memilukan.
Nyatanya proyek Formula E berpotensi melakukan pemborosan empat triliun lebih. Inilah yang membuat PDIP ngotot melakukan interpelasi. Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta menilai rencana penyelenggaraan Formula E pada Juni 2022 mendatang bakal mengakibatkan pemborosan anggaran negara sebesar Rp 4,48 triliun.
Hal ini yang ingin dipastikan PDIP dengan mengajukan hak interpelasi terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait Formula E tersebut.
“Ada potensi pemborosan anggaran Rp 4,48 triliun, sebuah jumlah uang yang sangat besar untuk sebuah program yang tiba-tiba menjadi isu prioritas,” kata anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Manuara Siahaan di DPRD DKI Jakarta, Selasa (31/8/2021).
Angka Rp 4,48 triliun ini, kata Manuara, berasal dari commitment fee sebesar Rp 2,3 triliun, biaya pelaksanaan Rp 1,2 triliun serta bank garansi Rp 890 miliar. Padahal, kata Manuara, uang rakyat sebesar itu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang benar-benar prioritas lain termasuk untuk penanganan pandemi Covid-19 di Jakarta.
“Padahal, rakyat Jakarta, saat ini sama-sama kita tahu ini fakta berapa ribu sekarang yang menjadi yatim piatu oleh karena Covid-19, berapa puluh ribu sekarang yang PHK oleh karena Covid-19, berapa ribu sekarang UMKM yang gulung tikar karena tidak bisa dagang. Nah PDIP memikirkan jika uang ini kita stop lalu alokasikan kepada kepentingan yang nyata untuk rakyat ini manfaatnya pasti lebih besar,” jelas Manuara.
Ironisnya Anies sudah ancang-ancang menjegal interpelasi dengan mengundang 7 fraksi lainnya. Trik busuk Anies memang memberinya kemenangan sementara waktu. Tapi, namanya kedzaliman tidak akan langgeng. Suatu saat ia akan merasakan karma atas perbuatan buruknya. Seperti halnya karma yang menimpa Rizieq cs beserta sepupunya Novel Baswedan.
Anies harusnya malu dengan kinerja Ahok. Tanpa embel-embel santun atau seagama, Ahok berhasil memberi keuntungan dan penghematan terhadap uang negara. Di lain pihak, Anies dan kemunafikannya yang gembar gembor keberpihakan justru malah memboroskan anggaran demi menaikkan citranya dan menggadaikan kebutuhan warganya.
Semoga saja sepka terjang Anies berkahir di 2022 nanti. Jakarta adalah pintu kemenangan sekaligus pintu akhir sejarah kepemimpinanya. Jangan sampai masa suram Anies kembali terulang dan menjadi beban bagi warga Jakarta.
Discussion about this post