Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patrizia, gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta ini akhir-akhir ini kerap menjadi bahan pemberitaan media. Sebelumnya tak sedikit Riza harus tampil di depan manakala Anies lakukan kontroversi.
Anies setiap melakukan kebijakan atau pernyataan yang kontroversi dan mendapat sorotan atau respon warga bukannya menjelaskannya tapi memilih sembunyi. Alhasil Riza yang acap menjadi orang yang selalu menjelaskan ke publik.
Tapi kali ini berbeda, masalah yang mencuat terkait Holywings Kemang. Pasalnya terdapat beda pandangan antara Gubernur Anies Baswedan dengan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria soal sanksi terhadap Holywings Kemang, yang melanggar aturan PPKM Level 3. Anies menyebut Holywings ditutup selama pandemi, sementara Riza menyebut selama PPKM.
Cukup menarik kiranya jika kita telusuri lebih dalam. Karakter Anies itu suka branding diri. Harapannya atas sanksi itu saya menduga Anies sedang mencari perhatian publik. Agar dipandang sebagai gubernur yang tegas.
Tapi kiranya perlu dipahami lebih dalam, jika sanksi yang diberikan Anies kepada Hplywings Kemang sampai pandemi tentu sangat absurd sekali. mengingat pandemi corona ini diketahui kapan berakhirnya. Sebab para pakar mengatakan pada akhirnya kita akan hidup bersama virus corona tak ubahnya virus flu dan lain sebagainya.
Tentu saja kita sepakat, pada dasarnya siapapun yang melanggar atau yang tak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, memang harus diberikan sanksi. Agar tidak ditiru company yang lainnya. Hanya saja akan timbul persoalan jika kemudian menjadi rancu dan selisih paham.
Sebab beda padangan justru datang wakil gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang juga politisi dari Gerindra ini. Riza mengatakan sanksi terhadap Holywing Kemang diberikan selama PPKM bukan selama pandemi berlangsung. Riza dengan sangat berani mengkoreksi pernyataan bosnya tersebut.
Terang saja akibat selisih perbedaan pendapat ini menimbulkan persepsi di tengah masyarakat. Riza yang biasanya menjadi bamper Anies terlihat capek juga menghadapi manuver-manuver Anies yang timbulkan gaduh. Mak kemungkinan ia berinisiatif mengambil alih peran.
Tahun 2022 diketahui Anies sudah lengser dari singgasana. Mengingat pemilihan kepala daerah jika sesuai rencana secara serentak dilakukan usai pemilu 2024 maka pilgub DKI Jakarta pun akan menyesuaikan.
Jika pada kenyataannya Anies taruh kata tak dilirik partai atau tak maju di 2024 sebagai calon presiden maka ia masih punya kesempatan maju di pilgub DKI Jakarta kembali.
Discussion about this post