FPI bubar, FPI kemudian lahir lagi dengan nama yang berbeda. Front Persaudaraan Islam. Orang-orang di dalamnya sama, hanya ganti kulit.
Ini membuat video lawas Haikal Hassan kembali beredar. Di video tersebut, Haikal Hassan yang seolah menantang Pemerintah. Dia bersama orang lain di video itu menyebut bakal terus menumbuhkan FPI meski harus dibubarkan berkali-kali. Menurutnya, FPI akan selalu ada meskipun harus terus mengganti nama. Istilah peribahasa, mati satu tumbuh seribu.
Dalam video, Haikal Hassan mengenakan pakaian serba putih bersama sejumlah rekannya yang juga berbusana demikian. “Temen-temen denger-denger ada yang mau bubarin FPI ya? Bubarin aja, nanti kita bikin yang baru, dari Front Pembela Islam ke Front Pemersatu Islam. Disingkat FPI lagi,” katanya dengan ekspresi sok hebat.
“Kalo FPI dibubarin lagi, nanti kita bikin Front Penyelamat Islam. Kalo FPI dibubarin lagi, nanti kita bikin Front Persaudaraan Islam. Bubar satu tumbuh seribu!” katanya lagi.
Kelompok tukang bikin gaduh selalu memang sok hebat. Bandelnya tak ada yang bisa obati. Keras kepala. Kelompok ini memang salah pemerintah karena tidak membasmi dari dulu. Karena terlalu lama dibiarkan, akhirnya mereka punya pemikiran bahwa mereka hebat dan pemerintah pun tak berani menyentuh mereka. Kalau ditempeleng sejak awal, mereka takkan jadi sekurang ajar sekarang.
Mereka memang mendeklarasikan kembali nama baru. Memang itu hak mereka. Tapi ini ada kesan kalau mereka tidak takut dengan pemerintah. Wibawa pemerintah tidak pernah bagus di mata mereka. Publik harus camkan ini. Tukang gaduh akan selalu jadi tukang gaduh apa pun ceritanya, meski pakai topeng berlapis.
Khusus untuk Haikal Hassan, publik pasti berharap kalau orang ini bakal terpeleset masuk ke got, eh maksudnya, terpeleset dan terciduk menyusul Rizieq dan Munarman.
Orang ini juga terkenal suka bikin masalah dan gayanya menjijikkan.
Di video tersebut, lagaknya sombong banget. Tapi kalau diciduk, pasti bilangnya kriminalisasi ulama. Memangnya dia siapa? Ditangkap, pasti bakal terkencing dan gemetar, sibuk cari toko yang menjual materai.
Atau kalau sudah tertangkap, tidak lama kemudian datang kabar yang bersangkutan sakit entah apa saja. Kebetulan tidak? Saat lagaknya lagi tinggi-tingginya, tidak pernah kedengaran sakit. Pas ditangkap, sakit kumat.
Atau kalau tidak, kemampuan akting mereka mendadak terasah tajam. Nangis mewek, dengan derai air mata penuh penyesalan memohon maaf. Basi.
Atau meminta pertolongan atau permintaan agar dibebaskan karena alasan keluarga tidak ada yang menafkahi, anak-anak masih kecil dan butuh kasih sayang. Basi.
Buktinya saat FPI sedang dalam masalah dan di tepi jurang kehancuran, Haikal Hassan langsung buru-buru klarifikasi kalau dirinya bukan anggota ormas tersebut, agar masyarakat tidak salah persepsi. Dia hanya sekjen HRS Center karena ada kedekatan dengan Rizieq.
Ngapain klarifikasi kalau tidak ketakutan? Santai saja lah. Baru disentil dikit aja langsung gemetar mirip orang pegang stang becak motor.
Apa persamaan orang-orang dalam kelompok ini? Salah satunya adalah sama-sama munafik. Munafiknya sangat keterlaluan. Suka-suka teriak kriminalisasi ulama padahal tingkah mereka sangat jauh sekali dari ulama yang sesungguhnya. Teriak kriminalisasi padahal perilaku mereka seolah menantang hukum seenak nenek moyangnya.
Satu lagi, sama-sama pengecut dan penakut. Ditabok sedikit langsung menciut nyalinya.
Saran saya sih, kalau mereka mau mendeklarasikan ormas baru, pemerintah harus tolak. Mereka orang yang sama yang sebelumnya bikin gaduh. Tak usah beri izin. Kalau mereka ngotot deklarasi, silakan bubarkan dan tindak tegas karena ormasnya tak berizin. Bikin lagi, bubarkan lagi. Kalau mereka masih bandel juga, pentolannya diamankan langsung. Pentolan ditangkap, pasti yang di bawah juga bakal pucat sendiri.
Gerombolan ini sangat mudah dibereskan. Tangkap beberapa pentolannya, maka mereka bakal menciut dan bubar sendiri. Mereka tidak akan sanggup berikan perlawanan berarti, kecuali hanya teriak kriminalisasi. Kalau tidak disiram logistik dan nasi bungkus pake telor, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Itu pun pemberi logistik dan nasi bungkus sudah nyerah dan move on. Bahkan katanya mereka sedang pusing juga karena dikejar pemerintah untuk lunasi utang,Atau kalau sudah tertangkap, tidak lama kemudian datang kabar yang bersangkutan sakit entah apa saja. Kebetulan tidak? Saat lagaknya lagi tinggi-tingginya, tidak pernah kedengaran sakit. Pas ditangkap, sakit kumat.
Atau kalau tidak, kemampuan akting mereka mendadak terasah tajam. Nangis mewek, dengan derai air mata penuh penyesalan memohon maaf. Basi.
Atau meminta pertolongan atau permintaan agar dibebaskan karena alasan keluarga tidak ada yang menafkahi, anak-anak masih kecil dan butuh kasih sayang. Basi.
Buktinya saat FPI sedang dalam masalah dan di tepi jurang kehancuran, Haikal Hassan langsung buru-buru klarifikasi kalau dirinya bukan anggota ormas tersebut, agar masyarakat tidak salah persepsi. Dia hanya sekjen HRS Center karena ada kedekatan dengan Rizieq.
Ngapain klarifikasi kalau tidak ketakutan? Santai saja lah. Baru disentil dikit aja langsung gemetar mirip orang pegang stang becak motor.
Apa persamaan orang-orang dalam kelompok ini? Salah satunya adalah sama-sama munafik. Munafiknya sangat keterlaluan. Suka-suka teriak kriminalisasi ulama padahal tingkah mereka sangat jauh sekali dari ulama yang sesungguhnya. Teriak kriminalisasi padahal perilaku mereka seolah menantang hukum seenak nenek moyangnya.
Satu lagi, sama-sama pengecut dan penakut. Ditabok sedikit langsung menciut nyalinya.
Saran saya sih, kalau mereka mau mendeklarasikan ormas baru, pemerintah harus tolak. Mereka orang yang sama yang sebelumnya bikin gaduh. Tak usah beri izin. Kalau mereka ngotot deklarasi, silakan bubarkan dan tindak tegas karena ormasnya tak berizin. Bikin lagi, bubarkan lagi. Kalau mereka masih bandel juga, pentolannya diamankan langsung. Pentolan ditangkap, pasti yang di bawah juga bakal pucat sendiri.
Gerombolan ini sangat mudah dibereskan. Tangkap beberapa pentolannya, maka mereka bakal menciut dan bubar sendiri. Mereka tidak akan sanggup berikan perlawanan berarti, kecuali hanya teriak kriminalisasi.
Kalau tidak disiram logistik dan nasi bungkus pake telor, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Itu pun pemberi logistik dan nasi bungkus sudah nyerah dan move on. Bahkan katanya mereka sedang pusing juga karena dikejar pemerintah untuk lunasi utang.
Discussion about this post