Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 adalah pemilihan kepala daerah terburuk yang pernah ada. Pasalnya kita tahu bahwa kejadian dari pemilihan tersebut telah merusak demokrasi yang didominasi dengan adanya politik identitas saat itu.
Isu-isu sensitif yang disebarkan begitu masif dengan memanipulasi agama sebagai jalan pintas menuju kemenangan bagi pasangan calon tertentu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa isu sensitif ini dilakukan oleh sekelompok elit politik, tokoh agama, dan para mafia yang memiliki nafsu besar dengan beragam kepentingan.
Pilkada DKI Jakarta 2017 tersebut merupakan sejarah kemunduran demokrasi di Indonesia. Sebut saja kelompok pendukung pasangan Anies-Sandi yang mencampurkan politik dan agama dalam kampanyenya seperti ‘politik ayat dan mayat’ serta ‘pilih pemimpin yang seiman’ adalah wujud demokrasi barbar.
Sekarang, ada lagi yang menyarankan pasangan Anies-Sandi untuk ikut bertarung dalam pilpres 2024 yakni dari Presiden PKS, Ahmad Syaikhu. Ia berpendapat bahwa Anies berduet dengan Sandi pada pilpres mendatang memang sangat terbuka. Namun begitu, Syaikhu dan partainya akan tetap mencari calon yang tepat untuk ditawarkan.
Wah, ini bisa-bisa rendezvous pilkada 2017 terulang kembali. Isu politik identitas yang akan muncul nantinya tidak hanya untuk satu provinsi saja, tetapi akan meluas secara nasional.
Lagi pula, kenapa sih PKS tidak memiliki kader yang mumpuni untuk diusung sebagai capres atau cawapres? Dan yang lebih membuat kita penasaran memangnya ada partai politik lain selain Demokrat yang mau berkoalisi dengan PKS? Ngaca, boss!
Menurut saya, sepertinya PKS memilih Sandi karena mungkin mengincar ‘kardus’ yang lebih besar. Karena kita tahu Sandiaga Uno adalah seorang pengusaha kaya raya. Saya saran saja kepada PKS untuk mengusung Anies dan Novel Bamukmin, siapa tahu jodoh langsung menang.
Menanggapi harapan Ahmad Syaikhu, Wakil Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Ahmad Ali mengatakan bahwa kedua nama yang diusulkan masih menjabat sebagai pejabat negara. Ia menegaskan untuk membiarkan mereka fokus dalam tugas terlebih dahulu dan memberikan penilaian terkait pilpres.
Bagi saya, PKS hanyalah tim sorak tetapi seperti partai yang besar dan berpengaruh. Bagi saya pribadi, PKS hanyalah sebatas partai ‘kompor’ yang ingin menguasai peta perpolitikan nasional. Kita tahu bahwa para kader dan pendukung tidak berkualitas dalam menjalankan demokrasi yang sesungguhnya.
Partai ini eksis karena selalu mengandalkan manuver politik identitas sebagai kekuatan. Ini yang seharusnya ditenggelamkan karena kita ingin bebas dari ‘sampah demokrasi.’
Selain itu, PKS yang tidak memiliki kader terbaiknya namun dengan sesumbar dapat menentukan siapa calon yang pantas menjadi pemimpin negara ini. Saya tidak membayangkan apabila PKS adalah partai terbesar, akankah negara ini akan hancuri sebelum 2030?
Jadi, apa pun pilihan PKS adalah kebalikannya. Jangan sampai ada partai politik yang ingin berkoalisi dengan partai ini kecuali partai Cikeas. Karena bagi saya, partai ini memakai Pancasila sebagai kedok untuk menutupi wajah aslinya.
Dan itu menjadi bukti bahwa bertahun-tahun partai ini ada tetapi tidak memiliki satu pun kader yang terbaik yang dapat dibanggakan.
Discussion about this post