Akhir-akhir ini kian deras desakan kepada Presiden Jokowi untuk mengambil sikap atas pemecatan 57 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan.
Salah satunya dari gerakan mahasiswa. Dengan mengatasnamakan BEM SI atau Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia dan GASAK mengultimatum presiden Jokowi 3×24 jam.
Dikatakan dalam rilis beritanya di akun sosoal media mereka, “Jika Pak Jokowi masih diam tidak berpihak dan mengangkat 56 pegawai KPK menjadi ASN. Maka kami akan turun ke jalan”.
Tak sampai disitu BEM SI juga mengajak elemen masyarakat memperkuat dan merapatkan barisan. Nampaknya mereka mencoba memprovokasi rakyat dengan mengajak turun ke jalan.
Saya mencoba mengambil dari angle yang berbeda soal ultimatum anak-anak mahasiswa ini.
Sejujurnya secara pribadi saya tak habis pikir dengan pola pikir anak-anak mahasiswa jaman sekarang. Dalam kondisi negara yang secara umum sedang baik-baik saja kendati dihantam pandemi bahkan mendapat apresiasi negara lain, mereka justru sangat concern sekali dengan kasus Novel Cs. Saya akui Novel Cs ini sangat menyita perhatian publik.
Mengultimatum presiden itu jika kondisi negara sedang dalam kondisi yang carut marut, atau seluruh sektor berpotensi mati total. Misal seperti tahun 1998. Kata ultimatum bagi mahasiswa di jaman dulu itu sakral. Tapi tidak untuk mahasiswa saat ini. Cara berpikir mereka instan, semua inginnya serba karbitam maunya shorcut. Tapi ini memang harus kita akui efek dari kebebasan dalam negara demokrasi. Tentu beda dengan dulu.
Saya bisa maklumi anak-anak sekarang saat tahun 1998 mungkin belum diproduksi sehingga tak merasakan jaman kami dulu.
Hanya saja kalau praktek-praktek semacam ini (Ultimatum) menjadi habit atau kebiasaan maka akan sangat buruk sekali untuk masa depan demokrasi itu sendiri. Saya khawatir jika presiden memenuhi kemauan mereka maka bisa dijadikan parameter untuk hal-hal berikutnya.
Sedikit-sedikit kok ultimatum? Tak harus tantrum, kolokan dan manja. Dan yang paling berbahaya jika kebiasaan mereka nanti akan digunakan oleh kelompok tertentu atau yang berkepentingan untuk menekan seorang presiden berdasarkan pesanan. Jika itu sampai terjadi, wah kemungkinan tajirlah mereka tanpa perlu bekerja dan berwirausaha.
Jika kualitas mahasiswa sekarang seperti ini kita patut was-was untuk nasib masa depan bangsa yang besar ini. Jangan pernah bermimpi memiliki kualitas generasi emas di tahun 2045 seperti yang diharapkan oleh kita semua.
Discussion about this post