Masih ingat dengan Pilgub 2017 lalu, mungkin Anies berhasil memenangi pemilihan gubernur tersebut. Namun perlu digaris bawahi, bahwa kemenangan tersebut tidak lepas dari sikap kontroversinya.
Bagaimana tidak, Anies berhasil menghasut masyarakat dengan jualan isu-isu yang sensitif berkaitan dengan agama dan suku, sangat licik mencari suara dengan cara memanfaatkan ketakutan masyarakat. Terlebih dia mendapat dukungan dari orang-orang FPI dan HTI yang ingin merusak NKRI, belum lagi ditambah dengan dukungan dari Amien Rais dan Gatot Nurmantyo.
Berbicara mengenai FPI dan HTI, mereka itu ormas berpaham radikal, atau bisa dibilang teroris yang mengancam kedaulatan NKRI. Mereka menghasut masyarakat dengan dalil agama, dengan begitu masyarakat akan dengan mudah percaya kepada mereka. Coba bayangkan Anies didukung oleh kelompok seperti itu, mau jadi apa Indonesia jika dipimpin oleh orang-orang seperti itu.
Perlu contoh lagi? Baik. Kita tahu bahwa Anies merupakan sepupu dari mantan anggota KPK Novel Baswedan yang gagal dalam TWK. Mungkin mereka berdua sama-sama kurang paham dalam hal kebanggsaan. Anies yang pro terhadap timur tengah dan Novel yang gagal dalam tes kebanggsaan.
Lama-lama rakyat semakin jengkel dengan sikapnya yang hanya omong kosong saja. Urusan janji Anies juara, namun soal urusan realisasi bisa dibilang omongan Anies ini tidak bisa dipercaya.
Soal balapan mobil belum selesai, Anies terseret lagi kasus yang menyebutkan dia menyurati pendiri Bloomberg untuk meminta jatah kampanye antirokok.
Memang gubernur satu ini sering sekali terjerat kasus-kasus yang menimpa dirinya, kinerja tidak cakap namun banyak kontroversinya. Karma memang tidak bohong, Anies memenangkan pilgub dengan cara curang dan seiring berjalannya waktu kita jadi tahu kebusukannya memimpin DKI Jakarta.
Discussion about this post