Tidak salah banyak yang mengartikan bahwa PKS adalah “Partai Kesejahteraan Syahwat” alias partai mesum. Olok-olokan tersebut tidak lepas dari banyaknya kontroversi yang mereka lakukan. Padahal mereka partai politik yang berbasis islami, namun tindakan mereka melenceng dari ajaran yang sesungguhnya.
Banyak dari anggota “Partai Kesejahteraan Syahwat” ini sempat terseret kasus pornografi antara lain:
Tifatul Sembiring, politikus yang sempat menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika pada periode 2009-2014 ini kedapatan mem-follow akun video porno di Twitter. Kemudian Refrizal yang seorang anggota DPR RI periode 2004 hingga 2019 ini juga sempat me-like video porno homoseksual di akun twitternya. Dan terakhir anggota PKS yang mengakses video porno adalah Arifinto, ia terlihat sedang menonton video porno saat Sidang Paripurna mengenai pengesahan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT). Arifinto kemudian mengundurkan diri dari anggota DPR sebagai bentuk tanggung jawab atas skandal yang menimpa dirinya, dan tentu saja meningkatkan slogan bahwa PKS adalah “Partai Kesejahteraan Syahwat”.
Dengan begitu banyaknya kasus video porno yang menimpa para anggotanya, lantas apa makna “Islam” yang mereka gagas?, sepertinya mereka membungkus partai yang berbasis islami sebagai gimik agar diterima oleh masyarakat dengan mudah, karena mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama islam. Maka mereka dengan mudah mendapatkan dukungan masyarakat, meskipun dalam kenyataannya parpol ini tidak jarang kedapatan melakukan hal tidak senonoh.
Bukan hanya video porno. Pada 2017 lalu, anggota dewan PKS kepergok mesum dengan gadis 17 tahun, situs Tribratanews.polri.go.id melaporkan aksi mesum tersebut dilakukan dengan gadis berumur 17 tahun dalam mobil dinasnya.
Dan baru-baru ini mereka membuat aturan memperbolehkan kadernya untuk berpoligami dengan janda, mereka beralasan bahwa dengan menikahkan janda, akan meningkatkan perekonomian janda yang dinikahkannya. Aturan aneh lagi yang mereka buat. Sepertinya mereka hanya mementingkan kepuasan syahwat untuk para anggotanya ketimbang membuat aturan yang masuk akal.
Syahwat boleh tinggi, namun bukan itu prioritasnya, kalian partai politik bukan partai sekumpulan orang-orang nafsuan atau istilah gaulnya “Sangean”. Sebagai partai politik coba buat aturan logis yang mengesampingkan syahwat. Apakah sebejat itu anggota PKS ini? Bisa dibilang partai ini tidak sanggup untuk mengasampingkan hawa nafsunya.
Discussion about this post