Mengangkat isu China sepertinya menjadi hobi kubu oposisi. Bagaimana tidak, isu China seakan menjadi kompor untuk membakar api di dalam masyarakat. Seperti yang disebut oleh Refly Harun ini ibarat narasi tidak bermutu yang dilontarkan oleh pakar Hukum Tata Negara ini.
Hal ini terkait dengan ajakan kepada masyarakat untuk mewaspadai China yang disebut mayoritas tidak beragama, selain itu Pemerintah China juga meminta aplikasi Quran Majeed dihapus dari App Store.
Dia juga mengingatkan, China adalah negara yang kerap bekerjasama dengan Indonesia. Karena itu, tak menutup kemungkinan umat Islam di Tanah Air bakal terancam. Terancam apanya? Gak nyambung membawa isu China yang tidak beragama disangkut pautkan dengan masyarakat Indonesia.
Lagi pula itu kan di China, apa yang terjadi di negara tersebut tidak bisa disamakan disini.
Dari ajakan tersebut, pakar hukum ini seakan komentari soal SARA yang terjadi di China dan disangkut pautkan ke negeri ini dengan narasi politik yang mengundang polemik di tengah masyarakat.
Dengan narasinya tersebut, maka tidak heran seorang Refly Harun dipecat dua kali dalam karirnya. Mungkin ini bentuk sakit hatinya yang berujung membuat politik menjadi memanas. Untung saja dipecat dari BUMN dan PT Jasa Marga, kalau tidak makin amburadul saja hasil kerja dari Refly Harun ini.
Padahal di dalam Pancasila sila pertama sudah disebut “Ketuhanan Yang Maha Esa,” dengan dasar tersebut sepertinya negara kita tidak dengan mudah terpengaruh dengan omongan tolol Refly ini.
Gelar yang dia punya seakan hanya sebagai hiasan nama belakangnya, toh pemikiran orang ini tidak mencerminkan kecerdasannya yang dimilikinya. Mungkin hatinya sudah dipenuhi rasa sakit yang menutupi nalar logikanya. Ini lah contoh salah satu barisan orang yang sakit hati.
Discussion about this post