Terkadang orang-orang yang cuma menang bacot hanya mempunyai otak kecil alias udang. Mereka menutupi kebodohannya dengan omongannya yang terkesan menyerang.
Mungkin itu deskripsi yang cocok untuk pentolan Alumni 212 ini. Yang tidak lain adalah Novel Bamukmin.
Perihal banyaknya netizen yang menyebut reuni akbar 212 adalah aksi yang diikuti dua ormas terlarang yaitu HTI dan FPI.
Namun Novel Bamukmin menganggap isu itu sengaja dilontarkan pihak-pihak yang tidak suka dengan reuni 212 ini.
Dengan begitu banyaknya tanggapan negatif netizen, Novel malah meyebut bahwa penolak kegiatan itu sejatinya adalah gaya komunis baru di Indonesia.
“Kelompok yang anti reuni 212 itu jelas kelompok pendukung atau memang penista agama yang dibungkus agama. Padahal aslinya hanya komunisme,” kata Novel.
Mau ketawa sebetulnya, dia masih saja memainkan narasi komunis sebagai senjata balasan kepada para masyarakat yang menolak aksi yang akan mereka gelar. Wajar jika banyak kalangan masyarakat yang menolak aksi ini, karena memang tidak penting.
Selain itu Novel malah menyebut penolak reuni 212 juga memiliki sejumlah agenda tersebunyi. Diantaranya adalah mengganti Pancasila dengan trisila dan ekasila.
“Mereka ingin mengganti dengan trisila dan ekasila melalu RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila) dan BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila),” tandas Novel Bamukmin.
Padahal para kadrun yang mempunyai potensi besar untuk mengganti ideologi pancasila, sudah banyak kasus dari kelompok radikal yang memang terbukti ingin membuat negara khalifah. Belum lagi campur tangan mantan-mantan anggota FPI dan HTI yang masih turun tangan pada aksi ini.
Direktur Eksekutif Komite Pemberantasan Mafia Hukum (KPMH) Muannas Alaidid menilai reuni akbar 212 sudah tidak perlu digelar. Karena memang tidak gunanya alias tidak penting.
Ditambah, saat ini masih dalam pandemi Covid-19 yang tentu saja berisiko melambungkan angka kasus Covid-19 di Indonesia.
Discussion about this post