Seperti Habib Bahar tidak ada kapok-kapoknya, setelah bebas dari penjara, dirinya masih kerap kali mengutarakan ujaran kebencian khususnya kepada Jenderal Dudung dan yang terbaru caciannya kepada Presiden Jokowi.
Hal tersebut tersebar lewat video ceramahnya yang dinilai berisikan hinaan dan cacian.
Hinaannya kepada Jenderal Dudung terkait ucapan Habib Bahar yang menilai jika tidak ada ulama dari Arab, maka Dudung masih menyembah pohon.
Selain Dudung, Presiden Jokowi juga menjadi target cacian Bahar, dirinya menyebut Presiden Jokowi “bangsat” dan menantang agar dirinya ditangkap.
“Kenapa kalau saya hina Jokowi? Mau ditangkap saya? Jokowi bangsat, tangkap saya!,” teriaknya.
Ajaib memang Habib dari ormas radikal terlarang ini.
Bayangkan seorang yang katanya ahli agama melayangkan cacian seperti itu.
Sepertinya beberapa waktu lalu sebelum si Bahar ini bebas dari penjara, jarang kita temui ulama yang berisik yang seperti dia. Namun kali ini ujaran kebencian muncul tiap hari karena ulah dari Habib bobrok satu ini.
Entah apa yang membuat Bahar berani menyebut presiden dengan sebutan tersebut. Tapi mungkin saja mereka sedang mencari celah yang tidak jauh dari narasi kriminalisasi dan penzaliman ulama.
Strategi ini mirip seperti penggembosan terhadap pasukan sampah pemuja nasi bungkus. Hanya perlu putuskan sumber logistik dan pasokan nasi bungkus, maka demo mereka bakal menciut dan loyo. Tak ada makan siang gratis di dunia ini. Putuskan faktor itu, maka mereka pun lebih memilih tidur di rumah.
Siapa pun tahu kalau kelompok sebelah selalu dimanfaatkan kebodohannya lewat politisasi agama yang bertipe caci maki terhadap pemerintah. Tak perlu belajar agama terlalu mendalam. Cukup berjubah agama dan koar-koar maki pemerintah, maka bakal jadi populer dan diundang ceramah di mana-mana (khusus bagi kadrun tak waras).
Discussion about this post