Beberapa waktu lalu, Jakarta Utara sering mengalami banjir rob, memang kawasan Jakut tersebut seolah rutin dihantui banjir. Ini sebenarnya pengaruh air laut pasang, lalu diperparah oleh penurunan tanah di DKI akhir-akhir ini. Jika tidak dilakukan penanganan khusus, banjir rob akan makin parah, dan Jakarta Utara akan semakin tenggelam. Bahkan diprediksi, Jakarta akan menjadi salah satu kota di dunia yang akan tenggelam puluhan tahun ke depan.
Makanya, dibuatlah sebuah proyek tanggul air laut raksasa untuk mengantisipasi ini. Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat saat ini tengah berusaha mengebut pengerjaan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Proyek ini dianggap efektif untuk mengatasi banjir rob di Utara Jakarta.
Akan tetapi, target penyelesaian tampaknya masih sangat lama. Tanggul laut yang akan dibangun, memiliki panjang 130 km dari Kali Kamal Muara hingga Kali Blencong. Tapi, saat ini yang sedang dikerjakan adalah sepanjang 46 kilometer dan baru selesai 12,6 km.
Jadi kapan sisa 33,4 km akan selesai dikerjakan? Kalau dalam 4 tahun, hanya bisa kerjakan 12,6 km, jadi hitung sendiri saja kapan akan selesai. Jangan harap akan selesai dalam setahun. Ini mustahil.
Jadi untuk sementara, warga harus bersabar dan berdoa agar tidak terjadi banjir rob selama tanggul laut masih dalam pengerjaan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta membuat tanggul mandiri untuk sementara waktu. Dia menyebut warga bisa menggunakan tumpukan pasir dan batu yang diisi dalam karung. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah banjir rob yang bisa datang sewaktu waktu.
“Mohon dari masyarakat sementara ini juga membantu di lingkungan masing-masing untuk membuat tanggul tanggul sementara,” kata Riza.
Lucu sekali kan menyuruh warganya membuat tanggul yang seharusnya menjadi tanggung jawab Pemprov DKI.
Ada-ada saja memang. Makin ke sini, makin ngelawak aja. Warga disuruh buat tanggul sendiri, kenapa bukan Pemprov DKI yang bikin tanggulnya? Memangnya pasir dan batunya gratis? Ini sama aja ibarat banjir di lingkungan warga, tapi warga untuk sementara disuruh mengorek selokan untuk mengantisipasi banjir. Ini masuk akal gak?
Kalau warga disuruh melakukan apa yang seharusnya dilakukan Pemprov DKI, lantas Pemprov DKI ngapain aja?
Kasihan sekali warga yang tinggal di sana. Sudahlah lelah kena banjir terus, malah diminta Pemprov kerja tambahan bikin tanggul sementara. Pemprov DKI era Anies ini kalau tidak lempar tanggung jawab ke pusat, kadang bisa lempar kerjaan ke warga.
Tak ada duit? Kan, ada duit nganggur sebesar Rp 12,9 triliun. Dipake dong bikin tanggul sementara. Masa sih suruh warga yang bikin. Ada-ada aja.
Selain itu, Wagub DKI mengatakan pembangunan tanggul laut secara menyeluruh membutuhkan anggaran besar dan waktu yang cukup lama. “Dengan program pembuatan tanggul ini memang memerlukan waktu tidak sedikit dan biaya yang tidak sedikit,” katanya.
Makanya kerja yang cepat. Jangan hanya bicara saja. Selama 4 tahun harusnya bisa cepat kalau memang diprioritaskan. Tapi yang kita lihat malah lebih sayang dengan proyek JIS dan Formula E. Anggaran banjir kadang ngos-ngosan dan minta dana PEN dicairkan. Duit ngendap masih banyak padahal.
Bingung aja sih. Ini mirip dengan warga yang diminta sumbang perabotan ke rusun (lupa namanya) yang digunakan untuk isolasi mandiri. Kayak kehabisan duit gitu. Lucunya, dana hibah tidak pernah kekurangan, lancar jaya dan mulus semulus paha saya.
Begitu juga dengan tanggul mandiri ini. Aneh aja sih suruh warga bikin sendiri. Padahal Pemprov DKI yang harusnya bikin. Apakah kekurangan orang? Gak mungkin lah. Kalau kekurangan, suruh anggota TGUPP kerja. Kelompok tukang demo juga nganggur tuh. Suruh mereka aja yang kerja. Cukup dibayar dengan nasi bungkus saja mereka sudah puas sekali.
Kekurangan uang? Non sense. Untuk proyek tak mendesak aja banyak duitnya.
Kalau pun ada uang, tak elok suruh warga yang kerjakan. Ini jelas tugasnya Pemprov DKI. Memangnya sesibuk apa sih sampai harus suruh warga yang bikin?
Discussion about this post