Pro dan kontra memang menjadi sebuah kemakluman, karena pemikrian manusia yang begitu kompleks atas sesuatu yang akan dan sedang berlangsung. Hal ini yang sedang hangat terjadi, yaitu pindahnya ibu kota ke Kalimantan. Setiap orang bebas menyampaikan pendapatnya. Tentu saja selama pendapat itu tidak berdasarkan hoaks dan fitnah.
Nah kali ini, justru yang tidak diperbolehkan inilah yang dilakukan Edy Mulyadi. Masih ingat Edy Mulyadi? Itu loh si caleg gagal dari PKS, yang mengadakan liputan hoaks KM 50 tempat matinya 5 pengawal Rizieq. Edy mengatakan bahwa Penajam atau Kalimantan sebagai tempat jin membuang anak, lalu menyebut pembeli properti di sana adalah kuntilanak dan genderuwo serta mengatakan hanya monyet yang mau tinggal di ibu kota negara baru. Sedihnya, semua yang ada di situ malah tertawa terbahak-bahak seolah penghinaan itu sebagai lelucon.
Begini pernyataan Edy soal pindahnya IKN ke Kalimantan, “Anda bisa memahami gak? Ini ada sebuah tempat elit, punya sendiri yang harganya mahal, punya gedung sendiri, lalu dijual. Pindah ke tempat jin buang anak, yah. Lalu nyewa! Lalu nyewa! Nyewa bro! … Pasarnya siapa? Kalau pasarnya kuntilanak genderuwo, ngapain gude bangun di sana?”
Edy secara tidak langsung mengatakan bahwa orang-orang yang di Kalimantan itu adalah jin yang membuang anaknya. Atau bisa dianggap sebagai tempat itu, Kalimantan, adalah tempat jin buang anak. Yang pertama tadi itu menghina orang-orang yang tinggal di Kalimantan. Yang kedua tadi menganggap Kalimantan sebagai tempat jin membuang anaknya.
Di pernyataannya kemudian dia bertanya jika perusahaan properti membangun rumah di sana, pasarnya siapa. Yang dimaksud pasar adalah para pembeli properti/rumah. Maka ketika dia berkata kalau yang beli kuntilanak dan genderuwo, para pengembang tidak mau, dia secara tidak langsung mengatakan bahwa orang Kalimantan sebagai Kuntilanak dan Genderuwo. Ya jelas dia sedang menghina orang Kalimantan. Tidak mungkin ada maksud lain. Karena tidak mungkin kuntilanak dan genderuwo membeli rumah.
Entah Edy menghina orang atau Kalimantan itu sendiri tetap saja penghinaan. Coba tanya saja diri Anda sendiri apakah mau rumah Anda dianggap tempat jin buang anak? Atau katakanlah desa Anda dianggap sebagai tempat pembuangan anak jin? Kalau saya sih tidak mau. Apalagi menuduh saya sebagai jin yang buang anak. Itu kurang ajar namanya.
Kalau tempat Anda dianggap sebagai tempat jin buang anak, itu sama saja mengatakan Anda sebagai jin yang kebiasaannya buang anak. Karena hanya Anda yang tinggal di situ dan tidak ada bukti jin ada di situ. Kalau faktanya tidak ada jin yang ada di tempat itu, maka jin yang dimaksud, ya Anda sendiri. Lalu jika tidak ada bukti jin ada di situ, maka yang dikatakan buang anak itu adalah Anda sendiri. Sesederhana itu untuk memahami penghinaan Edy.
Edy harus tahu bahwa Kalimantan itu adalah tanah yang kaya akan sumber daya baik manusia, budaya, maupun alamnya. Kalimantan juga terkenal dengan keramahan dan kedamaiannya. Saya sudah merasakan itu. Tetapi bukan berarti mereka diam kalau diusik dan dihina.
Discussion about this post