Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta pilihan 58 persen masyarakat Jakarta pada Pilkada lalu. Anies selalu menjadi sorotan, bukan…bukan karena prestasi kerjanya, melainkan karena kontroversi yang bisa ditemukan jika melakukan pencarian di google.
Kabar terbarunya adalah pernyataan Anies terkait penggunaan Jakarta Internasional Stadium (JIS) untuk kegiatan keagamaan. Seharusnya memang kegiatan yang bersifat kerohanian dan tentu saja Jakarta tidak kurang tempat yang bisa dipilih dan dipakai. Semua itu kembali kepada niat awal alasan JIS dibangun, apakah hanya sebagai pusat kegiatan olahraga, atau pemakaian stadion nantinya bisa untuk keperluan lain, mulai dari kegiatan keagamaan, konser musik, hingga kegiatan politik.
Memang kita tahu bahwa di banyak tempat pemakaian stadion tak hanya untuk kepentingan olahraga saja. Gelora Bung Karno (GBK) adalah contoh lain, yang tak jarang dipakai untuk kegiatan selain sepak bola.
Selama konsepnya jelas, aturan main juga konsisten dan dijalankan dengan tegas, maka sebenarnya sah-sah saja kalau JIS nantinya bisa dipakai untuk kegiatan lain. Cuma pertanyaan simpelnya adalah … memangnya Jakarta tidak punya tempat lain yang lebih cocok dipakai untuk kegiatan lain, sehingga tidak perlu menggunakan JIS, bahkan stadion GBK untuk kegiatan selain olah raga?
Rencana penggunaan JIS untuk kegiatan kerohanian, bisakah kita duga bersama adalah bagian lain dari strategi penggunaan faktor agama untuk kepentingan politik Gubernur DKI Jakarta? Curiga sedikit boleh dong, karena sejak awal kampanye untuk memperebutkan kursi DKI-1 dan DKI-2, bukankah strategi ini yang digunakan, yang kita kenal bersama dengan politik ayat dan mayat itu?
Suatu tindakan yang rasanya masih sukar untuk disembuhkan, selama masyarakat Jakarta masih bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang terkait dengan agama, yang ujung-ujungnya mengarah pada perkara politis, hingga pencitraan untuk menaikkan elektabilitas menuju Pilpres 2024. Meski kita bersama juga mengetahui bahwa sampai detik ini, belum jelas partai mana yang akan melirik Anies Baswedan sebagai Capres unggulan pada Pilpres 2024 nanti.
Maklum saja, selama dua puluh tahun terakhir, sosok yang lekat dengan jabatan elit partai menjadi sosok yang paling diutamakan, khususnya untuk bersaing menuju RI-1 yang akan segera ditinggalkan oleh Joko Widodo pada 2024 nanti. Sementara Anies Baswedan, partainya apa? Partai mana pula dari posisi lima besar pada Pileg 2019 yang siap melepas kans untuk menawarkan Ketua Umum masing-masing untuk menjadi Calon Presiden RI, lalu menyerahkan kans itu pada sosok yang memimpin provinsi seperti DKI Jakarta saja lebih banyak berita negatifnya?
Jadi, menarik untuk ditunggu apa yang terjadi selanjutnya. Ujian waktulah yang akan membuktikan sejauh mana penggunaan “politik agama” masih laku dijual sampai Oktober 2022 nanti, yang menjadi batas terakhir kesempatan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sebelumnya, waktu sudah membuktikan bahwa orang ini jelas menggunakan (juga membiarkan) strategi politik semacam ini selagi menguntungkan dirinya, termasuk sukses mendudukkan dia di kursi empuk DKI-1 pada 2017 silam.
Discussion about this post