Layaknya ekonom, harusnya bisa memberi kontribusi atas masukkan-masukkan untuk negara. Namun, saat ini banyak ekonom yang keluar dari jalannya tersebut. Salah satunya adalah Faisal Basri yang vokal sekali mengkritik pemerintah.
Baru-baru ini, ekonom senior ini malah meralamal mengenai pemerintahan Jokowi yang akan ambruk sebelum 2024.
Faisal Basri bisa saja beralasan bahwa yang dimaksud adalah ambruk secara moral, bukan secara fisik atau yang lain-lainnya. Bukan ambruk secara kepemimpinan kepresidenan. Kalau bicara soal latar belakang, Faisal Basri tahu bagaimana cara berkata-kata secara aman. Tapi kita tentu tahu apa yang dimaksud dari hatinya.
Kita sudah tahu secara rekam jejak, Faisal Basri ini adalah salah satu tokoh yang selalu berisik di Twitter, kritik sana sini. Data yang dipakai juga ya… Begitulah. Data-data kurang jelas. Hal itu dia katakan bisa terjadi lantaran ada konflik kepentingan di tubuh pemerintah. Dia mengatakan bahwa ini sudah kritis.
Tapi dia sebagai ekonom senior, ya pasti punya nyali. Gelar-gelar ekonom senior, filsuf abal-abal, pemikir, ahli ini itu, bisa saja disematkan, untuk memberikan efek bagi disrupsi pemikiran dan opini. Jadi orang-orang awam bisa mengatakan “Wah ini yang ngomong orang penting loh, bisa dipercaya.”
Sebetulnya Faisal Basri ini mirip-mirip sama Rocky Gerung. Bermodalkan tata kata macam Anies Baswedan, dia berkoar-koar. Di Twitter, kedua orang ini juga sepertinya sebelas duabelas. Memberi kritik tanpa solusi. Kalaupun ditanya apa solusinya, suruh pemerintahan yang mikir.
Padahal apa yang mereka bicarakan, belum tentu dialami oleh pemerintah. Omongan mereka seperti mengada-ngada untuk menggiring opini publik saja.
Discussion about this post