Ekonom senior yang satu ini memang sering melontarkan kritik pedas kepada pemerintah saat ini. Faisal Basri mengatakan bahwa penguasa saat ini sudah buta.
Entah apa yang dimaksud dirinya sudah buta. Namun, kritikannya ini dimaksudkan untuk biji nikel yang katanya memiliki harga seperempat dari harga di negeri sendiri.
Hal itu sebagaimana ia ungkapkan melalui tulisannya yang dimuat pada blog pribadinya, faisalbasri.com, yang kemudian dibagikan melalui akun Twitternya @FaisalBasri.
“Penguasa mengobral bijih nikel, menetapkan harga hanya sekitar seperempat dari harga di negeri mereka sendiri. Tak pelak lagi, mereka berbondong-bondong ke sini. Kalau perlu pindahkan pabrik smelter nikel di negerinya,” tulis Faisal Basri.
Belum selesai sampai disitu, calon gubernur gagal ini juga menyoroti rencana pemerintah untuk membangun pabrik baterai mobil listrik, namun janji itu tak kunjung ditepati.
Faisal Basri juga menyoroti pekerja yang didatangkan ke Indonesia yang notabenenya bukanlah pekerja yang ahli.
Mereka, tulis Faisal, datang hanya menggunakan visa turis sehingga tak membayar pungutan pembayaran.
“Upanya berkisar Rp 15 juta sampai Rp 50 juat. Tenaga ahlikah mereka? kebanyakan bukan, kebanyakan lulusan SLTA atau lebih rendah. Ada sopir forklift, sopir alat berat, satpam, tenaga statistik, petugas asrama, dan banyak lagi.”
Bahkan, Faisal juga menyinggung sesumbar pemerintah bahwa ekspor akan naik ratusan persen. Namun pada kenyataannya, devisanya nihil.
“Berulang kali penguasa mengumbar bahwa ekspor naik ratusan persen, tetapi devisanya terbang semua. Jadi, apa yang Penguasa banggakan? Bangga jadi pendukung industrialisasi di China?” tanya Faisal.
Lagi-lagi bahas soal China, soal China memang menjadi bahan yang mudah untuk digoreng. Apalagi untuk memanaskan masyarakat. Padahal faktanya juga tidak bisa dibuktikan.
Tak heran memang, jika kubu oposisi memang lantang sekali mencari celah untuk melakukan nyinyiran. Yang lebih lucu lagi, banyak proyek pemerintah yang belum selesai, tapi mereka-mereka ini malah memprediksi bakal gagal.
Mereka ini memang sok tahu, demi mencari perhatian kepada masyarakat. Sama seperti Faisal Basri ini yang mengaku sebagai ekonom senior tapi kualitasnya tidak menggambarkan titelnya sebagai ekonom senior.
Discussion about this post