Pembangunan IKN di sudah resmi dimulai. Undang-undangnya pun sudah disahkan. Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan memiliki ibu kota yang baru.
Pemindahan IKN ini memang menimbulkan suara-suara miring, itu sudahlah pasti. Sebab tidak akan pernah ada kepuasan mutlak 100 persen atas keputusan atau kebijakan yang diambil pemerintah. Kalau semua harus dipenuhi tuntutannya, kapan lagi rencana besar ini akan terealisasi? Ingat, rencana ini sudah tercetus sejak presiden pertama RI, Soekarno.
Memang Jakarta perlu dikurangi bebannya. Beban sebagai pusat pemerintahan sudah dialihkan. Tapi statusnya sebagai pusat perdagangan dan bisnis, pendidikan, wisata dan lain sebagainya, tidak akan pernah tergantikan. Universitas-universitas dan sekolah-sekolah masih tetap di sana, selamanya.
Apalagi universitas-universitas paling top semua berada di Pulau Jawa. Jadi Jakarta tetap menjadi tempat persinggahan semua orang yang punya urusan di kawasan Pulau Jawa. Jakarta tetap menjadi magnet.
Hanya saja kaum kadrun selalu berusaha menipu dan menakuti penduduk Jakarta supaya menolak pindah ke Kalimantan. Ya ialah, yang pindah kan hanya kantor-kantor pemerintah berikut pegawai dan keluarga mereka. Yang pindah itu IKN, bukan Jakarta.
Akan ada banyak alasan yang disembur-semburkan para kadrun yang menolak IKN. Tidak heran, sebab memang itulah pekerjaan mereka yang selalu ingin merecoki pemerintah yang bekerja untuk kemajuan bangsa dan negara ke depan.
Sementara para kadrun yang cuma teriak-teriak itu apa yang mereka telah perbuat untuk bangsa dan negara ini? Kok tiba-tiba merasa peduli pada bangsa dan negara ini? Pemerintah sebagai pelaksana dan penanggung jawab, pasti sudah berhitung tentang segala hal, terutama soal pendanaan. Merekalah yang tahu persis kondisi keuangan negara.
Padahal jika kadrun memang peduli soal dana, mengapa mereka tidak menyoal dan memprotes keras acara balapan mobil Formula E yang kini diperjuangkan habis-habisan oleh Anies Baswedan?
Sejak awal direncanakan, acara ini sudah menyedot ratusan miliar uang rakyat. Sementara apa manfaatnya buat warga Jakarta tidak jelas. Apalagi yang akan bermain balap-balapan nanti adalah orang-orang asing.
Yang lebih miris adalah tempat balapan atau sirkuit untuk acara yang sia-sia ini belum ada. Lokasi yang sudah ditentukan di kawasan Ancol belum lagi dimulai pembangunannya. Untuk membangun sirkuit ini pun dibutuhkan dana Rp 50 miliar rupiah! Bayangkan, untuk acara balap-balap sehari, dibela-belain bangun sirkiut yang makan biaya Rp 50 miliar.
Mana suara-suara protes dari kadrun soal Formula E? Mengapa malah menyoal IKN yang padahal jelas urgensinya, dan menjadi kebanggaan seluruh anak bangsa hingga jangka panjang?
Discussion about this post