Sebuah foto memang bisa menceritakan banyak makna. Belum lagi saat ini sosial media menjadi tak terbentung, kita pun bisa mengakses sebuah konten yang tidak terbatas oleh waktu. Jejak digital pun sulit untuk dihilangkan, dan sekarang itu lah yang dirasakan Gubernur Jakarta.
Anies yang saat ini ngotot ingin menjadi presiden terbukti mengggunaka cara kotor dengan memakai isu SARA dan politik identitas yang memecah masyarakat. Spanduk ayat dan mayat tidak akan bisa hilang dari jagad maya, yang akan menjadi tugu peringatan digital tentang bagaimana seseorang rela menggunakan isu agama demi kekuasaan.
Dan terbukti, dia sukses merebut Jakarta dengan cara liciknya. Memang, isu SARA ataupun penggunaan ayat dan mayat untuk mengancam pemilih memang sudah dikoordinasikan dan sudah pasti tim kampanye dan bahkan si calon itu tahu.
Namun, lama-lama kebenaran akan muncul, ibarat besi menjadi emas, artinya bahwa digosok seperti apapun besi tidak mungkin bisa mengkilat menjadi emas, menjadi berkarat bisa jadi.
Kalau dilihat Monas yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang sudah terprovokasi untuk menjungkalkan Ahok terbukti berhasil. Mereka mencari kesempatan untuk menggulingkan dan meraih kekuasaan.
Sebagai warga negara, kita seharusnya paham jalan politik kotor seperti yang digunakan Anies. Dia menggunakan segala cara demi merebut kekuasaan. Dia menggandem kelompok-kelompok intoleran demi memuluskan jalannya menjadi penguasa
Discussion about this post