Saat ini banyak aknum yang menggunakan agama demi kepentingannya. Apapun masalahnya, mereka berusaha menariknya ke dalam agama. Meskipun agama yang mereka bawa terkesan ekstrimis dibanding agama pada umumnya.
Mereka menjadikan agama sebagai kuda tunggangan untuk mengejar ambisi dan memuaskan syahwat politik. Akibatnya derap kuda politisasi agama mereka kerap kali menciptakan kegaduhan di kancah lokal maupun nasional. Begitu pula di dunia maya maupun dunia nyata.
Semenjak imam baliho Rizieq Shihab dijebloskan ke dalam penjara tahun lalu, Saat itu Bahar Bin Smith yang baru saja check out dari hotel prodeo mencoba mengisi kekosongan itu. Tapi ‘keluguan’ dan langkah gegabahnya menyebabkan ia kembali harus merasakan dinginnya jeruji besi. Tak ada yang tahu, apakah ini terkait dengan sumpah serapahnya yang katanya tak takut membusuk di penjara.
Setelahnya, Novel Bamukmin yang merupakan Wakil Sekjen PA 212 mencoba tampil memegang otoritas kegaduhan P/A itu. Namun karismanya dianggap terpaut jauh dari Rizieq. Orasinya juga dinilai tak seberapa dibanding sang IB yang aumannya sering menggelegar di atas 100dB. Dan yang paling membuat Novel mendapat nilai minus mungkin pada “performa giginya”, terlihat seperti bukit kapur yang sebagian telah runtuh dikeduk alat berat, hehehe..
Kemudian, menantu Rizieq pun didorong untuk memimpin tampil di muka. Akan tetapi sambutan massa pendukung nampaknya kurang antusias. Pentahbisan dirinya sebagai pemimpin FPI versi baru saat demo 2503 mendapat tanggapan dingin, juga oleh awak media. Tak ada pemberitaan berarti baginya, datar-datar saja, selain ia diberitakan sebagai menantu Rizieq. Seiring berlalunya waktu, ia pun terlupakan.
Dan akhirnya, pada diri Ustadz Abdul Somad (UAS) lah pendukung melabuhkan pandangan. Di samping sebagai pendukung loyal Rizieq, sosok dai asal Riau itu dianggap ‘paling mendekati’ sosok seorang Rizieq. Kendati bukan seorang habib seperti mantan pelarian ke Saudi itu, pengetahuan agama Somad terbilang cukup mumpuni. Kemampuan public speakingnya juga dipandang cukup memukau dan mampu menyihir para audiensinya. Ideologinya juga mirip orang yang pernah umrah 3,5 tahun di Saudi itu, yakni condong ke negara syariah, yang sebelas duabelas dengan khilafahnya HTI. Nilai minus Somad hanya satu, hampir sama dengan si Bamukmin, masalah gigi, hehehe…
Tapi ironisnya, kendati mendambakan negara syariah, baru-baru ini UAS malah ingin berlibur ke negara yang bukan syariah yakni negara jiran kita, Singapura. Sayangnya otoritas negeri singa itu menolak kedatangan Somad. Alasan penolakan itu sangat masuk akal. Dari berbagai ceramahnya selama ini, UAS dinilai sebagai pendakwah ekstremis yang bisa menimbulkan segregasi, maka dari itu ia tidak bisa diterima di Singapura yang merupakan negara multi ras dan multi agama.
Drama kegagalan UAS untuk berlibur ke Singapura inilah yang sepertinya menjadi momen tepat baginya untuk mengisi kevakuman otoritas kegaduhan P/A yang ditinggalkan Rizieq. Pendukung Somad langsung meradang. Mereka tidak terima ustadz yang konon‘dihormati dan dikagumi’ rakyat Indonesia itu ditolak Singapura. Bukannya instrospeksi, bahkan dengan songongnya mereka menyebut Singapura negara yang menurut mereka seupil dan kata mereka akan tenggelam bila dikencingi ramai-ramai. Waduh, ga bisa ngebayangkan betapa pesingnya bau kencing berjamaah mereka, hehehe…
Seperti biasanya, sesuai dengan SOP mereka, mereka langsung gercep melakukan demonstrasi ke Kedubes Singapura di Jakarta. Tak lupa, tentu saja main ancam pula. Ancamannya cukup mengerikan, mereka akan mengusir Dubes Singapura bila dalam waktu 2 x 24 jam Kedubes Singapura tidak minta maaf pada sang ustadz pujaan. Bahkan yang lebih mengerikan, mereka bahkan mengaitkan ancaman mereka dengan peristiwa 9/11 WTC yang meruntuhkan menara kembar World Trade Center (WTC) di New York pada tahun 2001 lalu. Ancaman berbau terorisme seperti ini harusnya sudah bisa membuat mereka diciduk oleh Polri. Halo apa kabar Pak Listyo…
Tidak hanya itu, pendukung UAS pun menyerang akun media sosial para pejabat dan instansi pemerintah Singapura. Mereka membanjiri kolom komentar dengan berbagai kecaman terhadap penolakan negeri singa itu pada Somad. Pihak Singapura dituduh sebagai Islamophobia, melecehkan dan menghina ulama, dan lain-lain. Di tengah kegaduhan itu, video lama Somad pun muncul saat ia mengeluarkan jurus klasik dengan stigma PKI bagi orang-orang yang katanya mencaci maki ulama.
Discussion about this post