Sampai sekarang, penulis heran sebetulnya JIS ini fungsinya untuk apa? Awalnya akan dijadikan kandang Persija, namun batal, dan sekarang sepertinya stadion ini beralih fungsi dari sarana olahraga menjadi tempat pencitraan seorang gubernur ini.
Anies Baswedan memilih Jakarta International Stadium untuk melaksanakan Sholat Id di Hari Idul Adha 1443 tanggal 10 Juli 2022. Saya tidak terlalu mempermasalahkan pemilihan tempat meskipun dalam hati bertanya-tanya juga. Apakah memang tidak ada masjid yang layak di Jakarta untuk menggelar Sholat Id bersama gubernur? Tapi, ya sudahlah tidak apa-apa, toh di daerah lain juga ada yang menyelenggarakan di lapangan.
Yang menarik perhatian adalah gambar latar belakangnya. Gambarnya adalah sirkuit Formula E dengan JIS di bagian belakangnya disertai dengan tulisan “Idul Adha 1443 H”. Tulisannya pun terlihat kecil sekali jika dibandingkan dengan gambar JIS dan sirkuit Formula E.
Latar belakang ini disengaja atau bagaimana? Atau panitianya malas mencari gambar lain karena latar belakang itu memang sudah ada sejak sebelum Formula E dilaksanakan? Ataukah tidak ada masjid yang bagus di Jakarta untuk menjadi latar belakang? Ini khan momen keagamaan, masak latar belakangnya adalah fasilitas olahraga sih?
Okelah, mungkin Masjid Istiqlal tidak dipilih karena sudah ada Pak Jokowi. Jika tetap disana, bisa saja terjadi keramaian yang besar maka perlu dicari tempat lain agar bisa memecah kerumunan. Gambar Istiqlal juga mungkin kurang mewakili Jakarta atau sudah terlalu umum. Alasan yang masih bisa diterima oleh akal.
Bagaimana dengan Masjid Raya KH Hasyim Asyari? Bukankah tempatnya cocok sekali untuk tempat Sholat Id bersama Gubernur DKI Jakarta? Arsitekturnya juga khas Betawi lho sehingga cocok dengan semangat Anies Baswedan yang baru-baru ini mengganti nama jalan dengan tokoh Betawi. Mengapa tidak dipakai untuk Sholat Id bersama gubernur? Mengapa gambarnya tidak digunakan sebagai latar belakang? Kurang baguskah?
Jawabannya tidak lain karena masjid raya diresmikan sebelum Anies Baswedan menjabat. Tidak ada untungnya menampilkan masjid raya itu bagi citra Anies Baswedan. Sungguh terlalu memang karena momen keagamaan pun digunakan untuk membangun citra oleh Anies Baswedan. Yah, itulah Anies Baswedan.
Pemilihan JIS sebagai tempat Sholat Id daripada masjid raya yang khas Betawi juga menunjukkan bahwa Anies tidak sungguh-sungguh menghargai budaya Betawi. Pengubahan nama jalan dengan nama tokoh-tokoh Betawi hanya sekedar pencitraan saja. Jika Anies memang konsisten dan ingin mengangkat budaya Betawi, mengapa tidak menggunakan Masjid Raya KH Hasyim Asyari yang khas Betawi sebagai tempat Sholat Id? Minimal tampilkan gambar masjid itu di gambar latar belakang saat sambutan itu? Bukanlah lebih cocok daripada sirkuit Formula E?
Yah, nampaknya memang Anies tidak akan bisa lepas dari gelar bapak politik identitas. Peristiwa Sholat Id pada Hari Idul Adha 1443 H menunjukkan hal itu. Pemilihan JIS sebagai lokasi dan gambar latar belakang yang menampilkan sirkuit Formula E menunjukkan bahwa Anies memanfaatkan momen keagamaan untuk mencari simpati politik.
Discussion about this post