Mendekati Pemilu 2024, partai-partai sudah mulai mencari teman koalisi. Seperti PAN, Partai Golkar dan PPP sudah membentuk koalisi yang diberi nama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Kemudian PKB juga sudah berkoalisi dengan PKS, yang mereka beri nama Koalisi Semut Merah. Hanya saja tidak sampai seumur jagung koalisi ini sudah bubar duluan, lantaran PKB dapat teman koalisi yang lebih menjanjikan yakni Gerindra.
Jadi sekarang koalisi yang sudah terbentuk setidaknya ada dua; Koalisi Indonesia Bersatu dan koalisi Gerindra-PKB.
Capres yang bakal diusung pun sudah mulai mengerucut. KIB akan mengusung Airlangga Hartarto dan Gerindra-PKB jelas pilihannya jatuh kepada Prabowo.
Sedangkan NasDem memang belum punya teman koalisi tapi strateginya cukup paten yakni mengumumkan 3 nama sekaligus Capres yang akan diusung. Ganjar, Anies dan Andika Perkasa.
Kalau PDIP ngusung Ganjar maka partai ini akan berkoalisi dengan PDIP.
Kalau PKS dan Partai Demokrat ngusung Anies, maka Paloh akan membawa partainya berkoalisi dengan kedua partai tersebut.
Siapa Capres yang potensi menangnya paling besar, itulah yang akan diusung NasDem. Kura-kura begitu.
Sementara, Andika Perkasa memang belum ada partai lain yang mau ngusungnya, tapi kenapa namanya masuk radar NasDem, dalam rangka untuk menggaet pemilih yang ingin militer memimpin negeri ini.
Begitupun dengan PDIP memang sengaja tidak ngebet mencari teman koalisi. Karena untuk mengusung Capres, partai besutan Megawati itu tidak perlu berkoalisi lagi dengan partai lain.
Perolehan kursinya di DPR 22,26 persen. Melebihi ambang batas presidential threshold 20 persen.
Namun dari sekian banyak koalisi yang terbentuk serta Capres yang mau diusung, kok gak ada nama AHY yang disebut?
Bukankah AHY itu pensiun dini dari tentara hanya untuk meneruskan jabatan yang ditinggalkan bapaknya yakni presiden?
Ada apa gerangan?
Inilah bukti kalau dia itu memang Capres yang tidak laku. Hehehe
AHY, bapak-nya, Ibas serta Annisa Pohan boleh saja berharap semua partai berebut mau mengusung mantan ketua Korgasma itu. Akan tetapi harapan masing-masing orang berbeda.
Partai lain selain Partai Demokrat jelas tidak berniat sama sekali mengusung putra sulung SBY tersebut sebagai Capres. Kalau seandainya harus memilih antara Ki Ageng Rangga Sasana atau AHY sebagai Capres, bisa jadi PDIP akan lebih memilih Lord Rangga.
Pertanyaannya, kenapa demikian?
Berikut beberapa alasannya,
Pertama, pengaruh SBY dalam percaturan politik tanah air bisa dibilang sudah luntur. Padahal AHY bukan apa-apa kalau bukan karena bapaknya tersebut.
Jadi kalau ngusung AHY, jangan pernah berharap dia akan mendapatkan suara seperti bapaknya di Pilpres 2009 lalu. Karena hal itu hanya akan bikin kecewa saja.
Orang yang memilih SBY dulu belum tentu masih suka dengan SBY sekarang. Begitupun dengan orang yang memilih Pak Beye dulu banyak yang menanggap AHY itu bukanlah dirinya.
Kedua, kader Partai Demokrat terkenal rakus.
Tentu kita sangat tahu nama-nama berikut ini; Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, Sutan Batugana, Angelina Sondakh, M Nazarudin, Jero Wacik, Hartati Murdaya, dll
Itu semua kader Partai Demokrat yang terkenal bukan karena prestasi ferguso, tapi karena korupsi.
Jadi kalu seandainya Partai Demokrat berkuasa lagi dengan AHY terpilih jadi presiden, bisa saja kader partai berlambang bintang Mercy itu korupsi lebih gila-gilaan lagi.
Lagian juga Partai Demokrat memang memelihara koruptor kok. Hal ini terbukti dengan diangkatnya Andi Mallarangeng sebagai sekretaris majelis tinggi partai tersebut.
Di mana-mana, partai menjauhi bahkan memecat kadernya yang terbukti korupsi. Lha yang ini malah memberikan jabatan prestisius kepada mantan koruptor.
Apa lagi itu namanya kalau bukan gak ada akhlak?
Padahal semboyan Partai Demokrat ini keren banget lho, ‘Katakan tidak pada korupsi’. Ternyata aslinya ‘Katakan tidak pada (hal) korupsi’.
Ketiga, AHY politisi digoreng dadakan tiga lima rebuan
Sudah menjadi hukum alam untuk dapat bertarung di level nasional mesti menang dulu di level lokal atau daerah. Seperti Jokowi, sebelum ikut Pilpres sudah dua kali menang Pilwakot Solo dan sekali menang di Pilgub DKI.
Sedangkan AHY, pensiun dini dari tentara, langsung nyalon Gubernur DKI. Gagal. Kemudian jadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Soal pengalaman politik sebenarnya lebih berpengalaman Ibas daripada AHY. Eh malah yang kurang berpengalaman yang dijadikan ketua umum partai.
Pertanyaannya, siapa sih yang mau ngusung politisi karbitan seperti itu?
Jangankan partai lain, kader Partai Demokrat saja ada yang gak setuju AHY nyapres. Karena gak akan menang. Hehehe
Demikian beberapa alasan kenapa AHY merupakan salah satu politisi yang gak laku di negeri +62 ini.
Sampai-sampai SBY frustasi melihat karir anaknya tersebut dan melampiaskannya dengan cara melukis.
Discussion about this post