Kemarin sore, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh datang menemui Jokowi di Istana Kepresidenan.
Pertemuan berlangsung kurang lebih satu setengah jam. Tidak ada yang tahu apa yang menjadi tujuan kedatangan Paloh dan apa yang dibicarakan.
Tapi ada selentingan kabar yang menyebutkan bahwa Surya Paloh menemui Jokowi untuk berpamitan secara politik. Ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam. Dia mengungkapkan munculnya informasi mengenai Surya Paloh berpamitan kepada Presiden Jokowi karena berbeda arah pilihan politik.
“Kemarin itu Pak Surya Paloh bertemu dengan Presiden di Istana dan muncul sejumlah informasi bahwa pertemuan tersebut meskipun diklaim oleh teman-teman dari NasDem Itu adalah sebuah pertemuan rutin,” kata Khoirul Umam dalam diskusi daring Polemik Trijaya, bertajuk ‘Menakar Gagasan dan Visi Capres 2024’.
“Tetapi konon kabarnya itu adalah sebuah pertemuan yang menyampaikan sejumlah informasi yang cukup valid yang intinya adalah sebagai sebuah bentuk pamitan secara politik. Sebagai penegasan dari titik beda, dari arah perjuangan menuju di 2024 mendatang,” katanya lagi.
Jika memang benar bahwa Surya Paloh ingin pamit karena punya jalur politik sendiri yang berbeda dengan Jokowi, maka hampir bisa dipastikan Nasdem akan bergabung dengan PKS dan Demokrat untuk membentuk sebuah koalisi politik baru selain KIB dan Gerindra-PKB.
Jika itu benar, maka deklarasi koalisi tiga partai tersebut akan dideklarasikan dalam waktu dekat. Sebenarnya sinyal ini sudah terlihat ketika Nasdem intens berkomunikasi secara politik dengan PKS dan Demokrat.
PKS, kita tahu partai ini seperti apa dan punya agenda apa. Langkah politiknya terlalu melenceng. Nasdem di sisi lain malah mau bergabung dengan PKS, maka bisa dipastikan akan satu frekuensi dan berbeda arah pilihan politik dengan pemerintah. Makanya, tidak salah kalau ada yang menyebut Surya Paloh ingin pamit baik-baik dan meminta izin untuk jalan sendiri.
Selain pertemuan antara Surya Paloh dan Jokowi, isu reshuffle kabinet juga mencuat. Pasalnya, masih ada pos menteri yang kosong, yaitu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (PANRB) yang ditinggalkan almarhum Tjahjo Kumolo.
Staf Khusus Sekretaris Negara, Faldo Maldini juga mengakui bahwa reshuffle masih memungkinkan dilakukan oleh presiden, bersamaan dengan pengumuman menteri PANRB yang baru.
Presiden Jokowi sudah punya hitungan mengenai formasi kabinetnya dalam menghadapi sejumlah tantangan yaitu sejumlah krisis akibat ketidakpastian global.
Kalau bicara soal reshuffle, kayaknya pembaca Seword pasti punya satu nama kuat untuk didepak dari kabinet. Dan kalau Nasdem memang benar mau pamit, maka tidak ada ruginya jika Jokowi mengganti Menkominfo.
Toh, Nasdem seolah ingin keluar dari jalur, bergaul dengan parpol macam PKS, kabarnya mau usung Anies yang terkenal tak bisa kerja dan suka klaim ugal-ugalan. Sekalian saja reshuffle menterinya. Pos kemenkominfo adalah jabatan penting yang tak seharusnya diisi orang partai yang tak sesuai bidangnya. Beberapa waktu lalu, kementerian ini bikin susah banyak orang akibat permainan blokir-blokiran yang tak ada pentingnya sama sekali. Sepanjang sejarah, mungkin kementerian ini yang paling banyak dimaki dan disumpahi masyarakat yang sangat dirugikan oleh kebijakan konyol ini.
Memang Nasdem masih diharapkan bisa berpikir logis dan belajar dari hasil survei di mana elektabilitas partai jeblok setelah dikabarkan mau mengusung Anies sebagai capres di pilpres 2024. Anies jangan sampai diusung. Kalau konsisten menolak polarisasi dan politik identitas, seharusnya Nasdem menjauh dari PKS dan Anies.
Tapi Nasdem bisa apa tanpa Anies? Tak mungkin mengusung tokoh lain yang tak punya daya tawar kuat. Memang ada indikasi Nasdem ingin mengusung Anies apalagi tingkat keterpilihan Anies adalah yang paling tinggi di jajaran Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem untuk diusulkan menjadi Calon Presiden 2024. Tapi Nasdem harus berkoalisi dengan parpol lain agar bisa punya tiket untuk mengusung capres.
Tinggal tunggu saja sampai akhir tahun ini. Jika semua ini benar, berarti Nasdem mau berbeda jalur dengan parpol lain. Tak ada jalan lain, selain memberi pelajaran yang lebih keras yaitu rakyat memalingkan wajah dan mengguremkan Nasdem seperti halnya Demokrat yang makin lama makin loyo.
Discussion about this post